Oleh: Andriyani R. Karnain / Pemred Butota.id
Butota.ID (Opini) – Pilkada Tiga Daerah di Provinsi Gorontalo akan memasuki masa injury time, hal yang sama juga terjadi pada Pilkada serentak yang totalnya berjumlah sebanyak 270 daerah dengan rincian 9 Provinsi (Gubernur), 37 Kota (Walikota) dan 224 Kabupaten (Bupati).
Pilkada kali ini belum ada yang menarik, semuanya masih sebatas mempromosikan orang-orang tertentu yang dianggap pantas untuk bertarung pada pesta demokrasi. Selain sosialisasi dari penyelenggara Pilkada, promosi para kandidat pun disebarkan melalui gambar, slogan, pengalaman, tujuan dan visi misi yang kemudian dipopulerkan oleh seluruh tim pemenangan masing-masing pasangan calon. Targetnya hanya satu, mempopulerkan para calon hingga menggenggam hati para pemilihnya. Bahkan, yang tidak populerpun sengaja dipopulerkan agar publik mengenalnya.
Hal itu tentu tidak salah, bahkan fenomena ini tidak disematkan pada calon yang pantas untuk dipopulerkan. Sebab hingga waktu pada tahapan kampanye ini, yang nampak dari promosi pasangan calon hanyalah narasi klasik dan standar juga terlihat dibuat-buat. Contohnya, Kolaborasi tua muda, kombinasi politisi pengusaha, birokrat senior, representasi wilayah, mewakili ini itu, kaum dan sukses diperantauan.
Hal diatas, tentu menggambarkan secara umum fenomena Pilkada khususnya di Gorontalo. padahal, konsep pengalaman kepemimpinan serta kerja sama tim pun seharusnya juga diperhatikan. Sebab dalam Momentum pilkada, Pasangan calon tidak bisa berjalan sendirian dan harus bekerja sama dengan orang lain.
Tanpa orang lain, tentu tidak ada pemimpin karena pada Pesta rakyat ini bukanlah upaya dari satu person saja melainkan melibatkan kerja sama tim. Menghindari kejenuhan dalam upayanya tentu dibutuhkan kerja sama, saling percaya dan saling menghargai. Dalam membangun tim kerja/tim pemenangan (atau apalah sebutannya), diupayakan untuk menyamakan persepsi, mempunyai kesamaan visi dan misi juga tujuan serta kesepakatan yang jelas. Sebab tanpa itu, maka budaya yang kondusif dalam aspek kepemimpinan tidak dapat mendukung semangat kreatifitas dari tim masing-masing pasangan calon.
Salah satu aspek yang dapat mendukung atmosfer kinerja tim, adalah komunikasi. Bahkan dalam teori Komunikasi Lasswell yaitu who, says what, in which channel, to whom, with what effect (siapa, mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek apa) menjadi kunci kerja sama tim. Artinya, tim yang memiliki kinerja yang tinggi bukan berasal dari orang yang benar-benar sama, melainkan gabungan tingkat kecakapan yang saling melengkapi. Disamping itu, membangun disiplin dan komitmen dengan calon pemimpinnya pasti dapat memberikan efektifitas menuju kemenangan.
Selanjutnya, Komunikasi adalah bagaimana mengatakannya. Komunikasi adalah tentang mendengarkan, berbicara, dan bertindak untuk untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran kepada orang lain. Hal ini sangat dibutuhkan tim untuk memotivasinya agar bekerja dengan giat dalam meyakinkan konsituen untuk memilih calon pemimpinnya. Mengutip pandangan Zig Ziglar, salah satu motivasional hebat di dunia, mengatakan “Orang tidak peduli berapa banyak yang anda ketahui, sampai mereka tahu seberapa Anda peduli “. Artinya orang pada umumnya tidak hanya ingin sekedar mendengarkan konsep-konsep dari para ahli, orang akan antusias mendengarkan anda ketika mereka tahu betapa Anda peduli pada mereka.
Mahatma Gandhi, Winston Churchill, George Patton, Mother Teresa adalah orang-orang yang berhasil menginspirasi, untuk itu memang lebih mudah dilakukan dari tengah-tengah tim. Hubungan informal dan kontak personal sangat berpengarüh pada mental tim. Hanya pemimpin yang sadar akan kapasitas sumber dayanya-lah yang bisa mengajak orang di sekitarnya untuk berupaya lebih dan membuat nilai tambah. Hal ini juga yang memungkinkan pemimpin untuk memotivasi bawahan secara personal, sesuai dengan kekuatan dan kelebihan timnya.
Tulisan ini tidak bermaksud untuk mengendorkan semangat tim ataupun mengintervensi kolaborasi tim pada pemenangan paslon tertentu. Hanya saja, dalam setiap kontestansi tentu kerja sama atas bawah sangat diperlukan. Apalagi Pilkada kali ini terasa sangat unik, jumlah tidak akan mempengaruhi hasil. Namun komunikasi antar pihak baik internal maupun eksternal dalam hal ini konsituen atau calon pemilih sangatlah mutlak untuk dikedepankan.
Pesan yang dapat disampaikan adalah masalah komunikasi (Yang) bisa menjadi penyebab munculnya masalah lain yang lebih kompleks. Semoga dapat dijadikan gambaran, bahwa kemenangan yang besar dapat diraih apabila memenangkan hal-hal kecil terlebih dahulu. (***)