BUTOTA – Rapat Lembaga Adat yang digelar dalam rangka pemberian gelar adat “Pulanga” kepada Bupati 2 periode Kabupaten Gorontalo Nelson Pomalingo, terinformasi memastikan pembatalan pemberian gelar tersebut. Senin, (12/09/2022).
Pada keterangan hasil rapat yang berhasil didapat Butota, Musyawarah yang dihadiri oleh Limo Lo Pohala’a itu, tidak dipimpin oleh Walikota Marten Taha selaku tauwa lo data. Terinformasi, Walikota Marten tidak bersedia untuk memimpin rapat dengan alasan agak berat ini masalah yang di hadapi oleh Bupati Nelson Pomalingo. Rapat di hadiri oleh Bate Ulipu Tou Limo Lopohala Menghasilkan 2 rekomendasi, yakni Membatalkan Pemberian Gelar adat untuk Nelson Pomalingo dan meminta kepada Bupati untuk menyelesaikan persoalan Pribadinya sendiri dengan perempuan Ifana Abdulrahman,tapi tidak ditentukan waktunya sampai kapan untuk menyelesaikan masalah pribadi Nelson dengan Ifana.
Pimpinan Rapat AD. Khaly ketika dikonfirmasi Butota, membenarkan agenda rapat tersebut. Ad. Khaly mengatakan bahwa waktu pelaksanaan terlalu singkat atau tidak sampai dua jam, dan tidak selesai pembahasannya.
“ Kemarin itu “Lendhayango” (Tagantong’/tidak selesai,red). Banyak yang dibahas waktu itu, karena saya yang pimpin, maka saya minta pembahasan difokuskan pada dua item untuk segera diambil keputusannya. Yang pertama, soal pulanga atau gelar ada. Saat itu saya tawarkan (Gelar Pulanga,red) ditunda atau dibatalkan. Yang kedua, ada surat masuk dari Ibu Ifana,” Kata AD. Khaly melalui selullernya, Selasa (12/09/2022).
Baca Juga : https://butota.id/2022/09/08/musyawarah-pemangku-adat-batal-nelson-dua-kali-gagal-dapat-gelar-adat/
“ Jika pemberian gelar ini ditunda, berarti ini Pulanga sudah memenuhi syarat hanya ditunda waktunya jika semua sudah memenuhi syarat, itu pengertian ditunda. Kalau memilih dibatalkan, maka semua persyaratan yang dirumuskan ini, pasti ada salah satu yang tidak memenuhi syarat, oleh karena itu proses pembicaraan selanjutnya itu dibatalkan baik pembicaraan sebelumnya maupun yang akan datang. Itu dua hal yang saya tawarkan kepada peserta rapat, ketika saya dipercaya memimpin rapat itu, namun hingga selesai tidak bisa memberikan kesimpulan untuk kemudian dibawa ke hasil berikutnya,” Sambung Ad. Khaly.
Seperti diketahui, musyawarah yang se jogjanya dilaksanakan untuk memutuskan layak tidaknya bupati yang diributkan telah menikah siri dengan perempuan bercadar Ifana Abdulrahman ini, terinformasi batal gegara isu – isu tak senonoh serta surat masuk ke Lembaga Adat Kabgor, tertanggal 31 Agustus 2022. Adapun inti dari surat masuk dari Ifana adalah keberatan dengan rencana pemberian gelar adat kepada Nelson Pomalingo sebagai Tauwa Lo Lahuwa, yang artinya adalah Pemimpin yang memiliki kewibawaan, bertindak arif dan tegas, menerapkan hukum Allah jika tidak dapat menyelesaikan hukum manusia, pemimpin yang dapat membuat masyarakatnya tenang dan takut membuat pelanggaran.
Isu perempuan yang hadir dan pernah membuat heboh Masyarakat Gorontalo, bukan saja datang dari perempuan Ifana Abdulrahman. Sebelumnya ada juga perempuan yang berasal dari Palu Sulawesi Tengah yang pernah mengancam Bupati Nelson atas janji – janji yang dilontarkan. Perempuan yang bernama Tuti Lahay ini juga mengumbar rekaman hasil pembicaraannya dengan Profesor Nelson. Dimana dalam rekaman berdurasi 02.23 Menit, Tuti memberikan informasi tentang “hubungannya” dengan “Sang Proklamator” pembentukan Provinsi Gorontalo itu. Tuti menyebutkan bahwa dirinya telah melakukan video Call dengan Bupati Nelson dalam keadaan vulgar alias “tidak pakai baju”.
Baca Juga : https://butota.id/2020/07/29/beredar-rekaman-dan-screenshoot-wa-sebut-bupati-nelson-tidak-pakai-baju/
” Memang Tuti Kasi lihat dang, bahwa butul-butul disitu OM Nelson itu vulgar, nda pake baju dang. Sampe ada yang foto om nelson di tempat tidurnya om Nelson dikamarnya om Nelson yang saya lihat itu didalam kamar itu tempat tidurnya sama lemarinya itu yang sama (kayu,red) jati kalau ndak salah yang warna putih yang tuti lihat sekilas,” Ucap Tuti seperti dalam rekamannya.
Selanjutnya, Perempuan TL menyebutkan bahwa dirinya memperlihatkan prosesi komunikasi Video Call di mobil. Namun, Perempuan yang diduga berasal dari Provinsi Sulawesi Tengah mengatakan yang paling parah adalah posisi vulgar dari Bupati bergelar Profesor itu.
” Terus juga ada Tuti kasi lihat Pak Nelson di Mobil. (Tapi,red) yang paling fatal itu yang vulgar itu,” Tambah nya dalam rekaman tersebut.
Hingga berita ini diterbitkan, Ketua Lembaga Adat Limboto Subroto Duhe, Belum merespon selullernya. [B-JR]