BUTOTA – TAJUK, Daerah itu sepertinya tidak akan pernah aman. Jalan menuju pembangunan dan kesejahteraan yang sudah mulus itu, dirusak dengan jiwa predator milik sang bupatinya.
Dari beberapa perkara yang tergambarkan, sepertinya tidak akan membuat dirinya sadar. Bupati itu, malah terlihat lebih beringas jika melihat kaum Hawa yang memiliki kriteria tertentu.
Sebut saja nama Bupati itu Peno, Dalam kesehariannya Peno terlihat biasa-biasa saja. Badannya pun tak sekekar atau tak segembul pejabat di Negeri ini. Peno bahkan tidak setinggi Mohandas Karamchand Gandhi atau Yasser Arafat, para pemimpin dunia yang dikenal memiliki reputasi besar atas kecerdasan dan kegagahan dalam memimpin Negaranya.
Seperti kita tahu, Pemimpin harus jelas dan disiplin, hal ini bertujuan untuk memberikan contoh kepada bawahan agar bisa ditiru. Mendengarkan jeritan dan memberikan contoh yang akuntabel, menjadi salah satu poin dalam amanah seorang Pemimpin.
Luar biasa anugerah yang bernama amanah ini, ketika itu diberikan kepada manusia pilihan. Walau belakangan banyak yang sampai membuat persepsi sendiri bahwa pemimpin itu diraih karena akal dan nafsunya.
Peno, salah satu contoh pemimpin yang sangat memanfaatkan jabatannya untuk memuluskan nafsunya. Peno juga menggambarkan sosok pemimpin yang suka berselingkuh dan mudah mengumbar nafsu syahwatnya. Dalam ambisinya, Anugerah Tuhan yang terindah itu, harus dinikmati dan tak boleh dilewatkan walau se inci jaraknya.
Sebenarnya, Peno juga tahu dan secara sadar bahwa Skandal perselingkuhan bisa menjadi kartu mati bagi seorang politikus. Peno yang juga salah satu ketua partai politik besar itu, memahami benar narsisme atas keasyikannya melakukan aktivitas seksual terlarang, yang bisa memberi kepuasan seperti berpolitik. Artinya, Peno secara politik juga menggambarkan tentang sosok politisi yang gila, mungkin pengakuan dan sangat mencintai diri sendiri.
Peno adalah pemimpin yang suka berselingkuh, suka dengan puji-pujian dan dikelilingi para penjilat. Bahkan ajudannya pun menjadi salah satu tokoh kunci pemasok tetap “kue serabi” demi kenikmatan Peno. Selain itu, Peno merasa tidak akan tersentuh hukum, suka melanggar janji dan bermanipulasi serta cenderung mementingkan diri sendiri.
Ketika dia suka dengan sesuatu, maka Peno harus melahap habis kue serabi walaupun itu milik orang lain. Kenikmatan atas sensaninya itu, membuatnya seakan lupa bahwa dirinya sudah banyak digunjing habis oleh khalayak seantero bumi serambi madinah.
Masyarakat kembali dihebohkan dengan sebuah kisah kasih yang tidak clasick lagi. Walaupun info tersebut belum jelas, namun lagi-lagi ini menggambarkan sosok peno yang kalau dia suka, maka harus didapatkan.
Disatu sisi, Dalam menjalin sebuah hubungan, Peno memang bukan laki-laki parlente. Bukanlah tipekal pria yang cerdas memanfaatkan sesuatu kelebihan, atas kedudukannya. Peno hanya mempunyai satu jurus untuk memikat kaum hawa, yaitu Janji untuk dinikahi. Padahal dengan postur seperti Mahatma Gandi dan dengan sisa jabatan yang persis sama dengan Jokowi, Peno harusnya memperbaiki diri dan bukan menanam bom waktu atas berakhirnya sebuah kekuasaan.
Teranyar, Peno menjanjikan sosok perempuan baru untuk dinikahinya apabila, kisah genjotannya diketahui suami sah dari sosok perempuan yang konon katanya membuat gairah peno menggebu-gebu. Bukan cuma satu kali, Peno dalam kurun waktu yang belum lama ini, terinformasi telah berhasil menggagahi sebanyak 6 (Enam) kali dibanyak lokasi.
Ah, Kalau Peno suka pasti Peno seka… Sepanjang belum heboh atau ketahuan lagi, Peno merasa yakin tidak akan ketahuan. Alasan-alasan Peno jelas, para politikus berani berselingkuh mungkin tidak berbeda dengan yang dipakai mereka yang bukan politikus. Hanya pasti Peno meyakini, bahwa ada tanggung jawab dan konsekuensi akibat atas perbuatan yang dilakoninya.
Ingat, Bupati yang juga politikus Ketika menjalin perselingkuhan, tidak hanya mengkhianati kepercayaan keluarganya, tetapi juga publik. Pasti jelas, Partai politik yang dipimpinnya akan mendapatkan efek buruk dari kelakuan Ketua yang doyan perempuan itu. (***)