
Industri di China kini menghadapi tantangan serius akibat tarif tinggi yang diberlakukan oleh pemerintah Amerika Serikat. Analisis terbaru dari Bloomberg Economics mengungkapkan bahwa tarif yang mencapai sekitar 40 persen ini jauh melampaui margin keuntungan rata-rata industri yang diperkirakan hanya sekitar 14,8 persen pada tahun 2024. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa banyak perusahaan di China, khususnya yang bergantung pada pasar AS, tidak akan mampu bertahan.
Dampak Tarif Terhadap Sektor Tertentu
Sektor-sektor yang paling tertekan meliputi tekstil, perangkat teknologi informasi dan komunikasi, serta manufaktur furnitur. Dalam analisis tersebut, hanya lima dari 33 sektor yang diteliti yang menunjukkan margin keuntungan lebih tinggi dibandingkan tarif yang dikenakan. Sektor-sektor ini meliputi farmasi, tembakau, dan ekstraksi minyak dan gas. Dalam catatan riset mereka, para analis dari Bloomberg menyatakan, "Beberapa perusahaan yang sangat bergantung pada pasar AS mungkin tidak akan bertahan.” Situasi ini menggarisbawahi tantangan serius yang dihadapi oleh industri yang lebih luas di China.
Potensi PHK dan Kebangkrutan
Kesenjangan signifikan antara tarif dan margin keuntungan dapat memicu penurunan harga yang lebih tajam, melemahkan posisi keuangan perusahaan, dan dapat berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, kebangkrutan, serta penutupan pabrik. Sebagian besar perusahaan kini sedang merencanakan langkah-langkah penyesuaian, seperti memotong biaya, merendahkan upah, atau bahkan melakukan PHK. Beberapa mungkin terpaksa membanjiri pasar domestik dan internasional dengan produk harga miring demi mempertahankan kelangsungan hidup.
Negosiasi untuk Menghindari Eskalasi Tarif
Pejabat perdagangan dari China dan AS terus berusaha melakukan negosiasi untuk mencapai kesepakatan bilateral. Ketidakpastian tarif yang semakin meningkat, termasuk kemungkinan pelonjakan tarif hingga 145 persen pada awal 2025, menambah tantangan bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sektor ini. Dengan ketergantungan yang tinggi terhadap pasar luar negeri—bahkan sejumlah sektor bergantung pada pasar internasional untuk menyerap setidaknya 10 persen dari total produksi—tarif yang tinggi berpotensi memaksa perusahaan-perusahaan di AS untuk mencari sumber barang dari negara lain.
Pertumbuhan Ekonomi dan Ketahanan Sektor
Meskipun Produk Domestik Bruto (PDB) China tumbuh 5,2 persen pada kuartal kedua, peningkatan tersebut sebagian besar didorong oleh pengiriman barang yang meningkat dan penurunan harga yang dilakukan oleh produsen. Hal ini, menurut analisis Bloomberg, sulit dipertahankan dalam jangka panjang. Meskipun ada berbagai tantangan, ada beberapa faktor yang mungkin dapat meredam dampak negatif terhadap industri China. Misalnya, ekspor ke negara lain yang tidak terkena tarif tinggi dan peningkatan permintaan domestik berpotensi menjadi penyelamat bagi beberapa sektor.
Dukungan Pemerintah untuk Sektor Industri
Pemerintah China juga berpotensi menerapkan dukungan fiskal tambahan untuk membantu sektor industri mengatasi dampak negatif dari tarif yang tinggi. Dukungan ini diharapkan dapat menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan sektor yang terdampak. Namun, keberhasilan langkah-langkah ini akan sangat tergantung pada dinamika lanjutan antara China dan AS serta kondisi pasar global.
Dengan adanya tantangan yang kian meningkat, industri China perlu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kebijakan dan permintaan pasar untuk mempertahankan kelangsungan dan pertumbuhan. Upaya untuk menemukan keseimbangan antara inovasi, efisiensi, dan harga kompetitif akan menjadi kunci bagi keberhasilan industri dalam menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian ini.





