Warren Buffett, investor legendaris yang dikenal dengan pandangan konservatifnya, tetap teguh menolak investasi dalam aset digital seperti Bitcoin. Meskipun tren dunia keuangan modern didominasi oleh cryptocurrency, Buffett berpegang pada filosofi investasi yang berfokus pada nilai fundamental dan pendapatan riil. Dalam pandangannya, Bitcoin tidak memiliki nilai intrinsik dan hanya berfungsi sebagai komoditas spekulatif.
Melalui perusahaan Berkshire Hathaway, Buffett secara jelas menolak untuk mengakomodasi mata uang kripto dalam portofolio investasinya. Ia berpendapat bahwa aset seperti Bitcoin tidak mampu menghasilkan pendapatan, dan nilainya hanya ditentukan oleh spekulasi pasar. Selain itu, Buffett mengkritik Bitcoin dengan menyebutnya sebagai "delusi" dan "racun tikus kuadrat", untuk menekankan sifat spekulatif dan volatil yang melekat pada aset tersebut.
Meskipun pandangan Buffett terasa mutlak, terdapat paradoks menarik. Berkshire Hathaway dilaporkan memegang saham di Jefferies Financial Group, yang memiliki eksposur signifikan terhadap Bitcoin melalui kepemilikan saham iShares Bitcoin Trust ETF. Hal ini mencakup hampir 1,6 juta lembar saham ETF tersebut, yang bernilai lebih dari $85 juta. Jefferies telah menyebut Bitcoin sebagai "hedge penting" terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang fiat, sebuah posisi yang tampaknya bertentangan dengan sikap Buffett.
Lantas, apa alasan di balik penolakan Buffett terhadap kripto? Berikut adalah beberapa poin kunci menurut pandangannya:
1. Tidak Ada Nilai Intrinsik
Menurut Buffett, aset yang tidak menghasilkan pendapatan, seperti Bitcoin, tidak memiliki "nilai nyata". Ia berpendapat bahwa kripto hanya bergantung pada minat orang lain untuk membeli di masa depan, yang membuatnya berisiko tinggi.
2. Spekulatif dan Volatil
Investasi dalam Bitcoin bagi Buffett lebih menyerupai perjudian ketimbang investasi yang berdasar. Ia menilai bahwa kripto sangat spekulatif dan terlalu fluktuatif untuk dianggap sebagai tempat berinvestasi yang aman.
3. Kurang Bisa Disebut Mata Uang
Buffett meragukan kemampuannya Bitcoin untuk berfungsi sebagai alat tukar. Ketidakstabilan harga dan adopsi yang rendah dalam sistem keuangan formal menjadikannya tidak layak untuk digunakan dalam transaksi sehari-hari.
4. Risiko Keamanan dan Regulasi
Sektor kripto seringkali berhubungan dengan risiko tinggi, termasuk penipuan dan peretasan. Buffett cenderung menghindari investasi dalam lingkungan yang tidak jelas dan belum sepenuhnya diatur.
5. Di Luar Lingkup Keahliannya
Sebagai investor, Buffett terkenal untuk tidak berinvestasi dalam aset yang tidak ia pahami secara mendalam. Kripto, dalam pandangannya, berada di luar keahlian dan lingkaran kompetensinya.
Walaupun Buffett tidak mau berinvestasi di Bitcoin, keterlibatan Berkshire Hathaway dalam Jefferies menunjukkan bahwa mungkin ada nuansa dalam pandangan Buffett tentang dunia kripto. Namun, besar kemungkinan bahwa keputusan Jefferies untuk berinvestasi dalam Bitcoin adalah kewenangan manajemen independen mereka dan tidak mencerminkan perubahan perspektif Buffett.
Pelajaran yang bisa diambil dari sikap Buffett adalah pentingnya memahami dua sisi pandangan mengenai investasi kripto. Di satu sisi, Buffett mewakili pendekatan konservatif yang fokus pada nilai jangka panjang. Di sisi lain, perusahaan seperti Jefferies melihat kripto sebagai potensi aset lindung nilai menghadapi inflasi. Investor diharapkan mampu menganalisis dan memahami karakteristik serta risiko yang melekat pada aset yang ingin mereka masukkan dalam portofolio investasi mereka.
Dalam dunia yang cepat berubah, pemahaman yang mendalam dan analisis yang kritis terhadap aset digital menjadi semakin penting. Berinvestasi di kripto memerlukan lebih dari sekadar mengikuti tren; diperlukan juga pemahaman yang jelas tentang bagaimana aset tersebut bekerja dalam konteks ekonomi global yang sedang berlangsung.





