Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa penyaluran pembiayaan modal ventura melalui Venture Capital Corporation (VCC) dan Venture Debt Corporation (VDC) telah berhasil memenuhi target yang ditetapkan untuk tahun 2026 dan 2027. Hal ini menjadi berita positif bagi industri modal ventura di Indonesia, di tengah tantangan yang dihadapi oleh banyak sektor lainnya. Data yang dirilis menunjukkan bahwa total penyaluran pembiayaan dari Januari hingga Mei 2025 mencapai Rp16,35 triliun, mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,18% dibanding tahun lalu (year on year/YoY).
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan OJK, Agusman, mengungkapkan bahwa hingga Mei 2025, total penyertaan modal VCC mencapai 88,08% dari target yang ditetapkan, yaitu sebanyak Rp4,51 triliun. Rincian dari angka ini mencakup penyertaan modal pada VCC konvensional yang sebesar Rp4,45 triliun, serta VCC syariah yang sebesar Rp50,73 miliar. Sementara itu, untuk sektor VDC, nilai pembiayaannya mencapai Rp10,09 triliun, yang berarti telah mencakup 89,81% dari seluruh kegiatan usaha di sektor ini.
Target yang ditetapkan oleh OJK menetapkan agar penyaluran modal ventura minimal sebesar 52% hingga 66% untuk VCC, dan 41% hingga 66% dari aset VDC yang digunakan untuk pembiayaan. Dengan capaian yang telah melampaui angka minimum yang ditentukan, OJK meyakini bahwa upaya peningkatan penyaluran pembiayaan akan terus dilakukan. Agusman menambahkan bahwa OJK terus mendorong para pelaku industri ini melalui regulasi dan pengawasan aktif agar sinergi di antara stakeholder dapat terjaga dan pembiayaan dapat semakin meningkat ke depannya.
Secara rinci, pembiayaan sektor VDC terdiri dari pembiayaan konvensional senilai Rp7,14 triliun dan pembiayaan syariah senilai Rp2,95 triliun. Pengelompokan sektor-sektor yang mendapatkan pembiayaan terbesar juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Di antara total Rp16,35 triliun, sektor perdagangan mencatatkan angka tertinggi yaitu Rp7,94 triliun, yang setara dengan 17,10% (YoY). Dibandingkan sektor lainnya, sektor informasi dan komunikasi mengalami pertumbuhan yang luar biasa dengan kenaikan hingga 154,08% dan nilai mencapai Rp2,40 triliun.
Berbagai sektor lainnya juga menunjukkan kontribusi yang berarti. Sektor penyewaan mendapatkan pembiayaan sebesar Rp2,06 triliun atau tumbuh 6,65% (YoY), sementara sektor keuangan menerima Rp1,11 triliun dengan kenaikan 54,54% (YoY). Tak kalah penting, sektor aktivitas rumah tangga sebagai pemberi kerja meraih pembiayaan sebesar Rp0,76 triliun, meningkat 47,08% (YoY).
Ronald Simorangkir, Wakil Ketua I Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo), menyatakan bahwa kolaborasi antara berbagai stakeholder sangat diperlukan untuk mempertahankan pertumbuhan pembiayaan modal ventura. Kolaborasi ini dianggap penting, terutama bagi startup yang ingin berhasil di era digital. Menurutnya, startup yang sukses adalah yang mampu mengintegrasikan solusi berbasis teknologi dengan sektor riil, sehingga dapat menciptakan proses yang lebih cepat, efisien, dan bernilai tambah lebih tinggi dibandingkan pendekatan konvensional.
Sumber-sumber terpercaya juga menunjukkan optimisme terhadap pertumbuhan industri modal ventura di Indonesia. Melihat capaian yang telah diraih hingga saat ini, industri ini berpotensi untuk terus berkembang dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional, terutama dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong inovasi. Dengan target yang semakin jelas dan dukungan dari OJK, harapannya pembiayaan modal ventura akan terus meningkat menjelang akhir tahun 2027.





