Pemerintah Indonesia telah mencapai kesepakatan penting mengenai pembelian 50 unit pesawat Boeing, yang menjadi bagian dari kesepakatan tarif bea masuk dengan Amerika Serikat. Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani menjelaskan bahwa pengiriman pesawat terbaru ini diperkirakan akan dimulai sekitar tahun 2032.
Dalam keterangan resminya pada Selasa, 29 Juli, Rosan mengungkapkan bahwa pengiriman pesawat Boeing baru diperkirakan akan memakan waktu tunggu yang cukup lama, yakni enam hingga tujuh tahun. “Estimasi pengirimannya paling cepat adalah pada tahun 2031–2032,” ujarnya. Pembelian ini adalah kelanjutan dari kesepakatan sebelumnya antara Boeing dan Garuda Indonesia yang dibuat sebelum pandemi COVID-19. Dari total 50 pesawat yang dipesan, baru satu unit yang diterima, sementara 49 lainnya masih dalam antrean.
Negosiasi Lanjutan dengan Boeing
Rosan menegaskan bahwa pihak Boeing telah mengadakan pertemuan dengan Garuda Indonesia dan Kementerian Investasi untuk membahas kelanjutan kesepakatan tersebut. Walaupun satu pesawat sudah terkirim, 49 pesawat lainnya menunggu proses pengiriman. “Yang sudah terkirim itu baru satu armada, jadi 49 yang kurang,” tambahnya.
Langkah Antisipatif Pemerintah
Menyadari lamanya waktu pengiriman pesawat baru, pemerintah telah mengambil langkah antisipatif guna mengoptimalkan armada yang ada saat ini. Sebuah suntikan dana pinjaman lebih dari US$400 juta telah disalurkan oleh Danantara kepada Garuda Indonesia, untuk keperluan pemeliharaan dan perbaikan pesawat yang tidak bisa beroperasi. Rata-rata jam terbang harian pesawat Garuda saat ini hanya mencapai lima jam, jauh di bawah angka ideal yang seharusnya 12 jam.
Pemerintah juga mendorong optimalisasi armada dengan pengaturan rute dan efisiensi operasional. “Kondisi ini penting untuk segera ditangani, karena banyak pesawat Citilink dan Garuda yang tidak bisa terbang, tapi leasing-nya tetap harus dibayar,” ungkap CEO Danantara.
Transformasi Total Garuda Indonesia
Rosan menekankan pentingnya transformasi menyeluruh bagi Garuda Indonesia, baik dari segi teknologi maupun pelayanan. Ia telah meminta Direksi Garuda untuk menyusun perencanaan strategis jangka panjang. “Optimalkan dulu armada yang ada, kemudian rute-rutenya. Lalu proyeksikan kebutuhan pesawat baru dalam 6–7 tahun mendatang,” jelasnya.
Kesepakatan ini diharapkan dapat membawa dampak positif bagi industri penerbangan Indonesia. Penguatan armada pesawat menjadi hal vital untuk meningkatkan daya saing serta pelayanan kepada pelanggan. Pemerintah juga berkomitmen untuk mempercepat proses negosiasi dengan Boeing terkait pengiriman pesawat yang belum diterima.
Kesimpulan
Dengan adanya langkah-langkah antisipatif ini, pemerintah berharap bahwa Garuda Indonesia dapat meningkatkan operasionalnya dan mengurangi jumlah pesawat yang tidak aktif. Upaya ini juga bertujuan untuk mempersiapkan tranformasi yang diperlukan agar Garuda dapat menjadi maskapai yang lebih kompetitif di tingkat global. Saat ini, pengiriman pesawat Boeing masih dalam proses, tetapi pemerintah optimis dapat merealisasikan proyek ini demi kemajuan industri penerbangan nasional.





