Tiga bank besar Indonesia, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), baru saja mengumumkan kinerja keuangan mereka untuk semester I/2025. Meskipun ketiganya mencatatkan pertumbuhan dalam intermediasi dan total aset, ada perbedaan mencolok dalam kinerja laba bersih di antara mereka.
BBCA menjadi sorotan utama karena satu-satunya bank yang mengalami peningkatan laba bersih, mencapai Rp29 triliun, naik 8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Presiden Direktur BCA, Hendra Lembong, menyatakan bahwa pencapaian ini didukung oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 7% YoY, yang mencapai Rp42,5 triliun, serta pendapatan selain bunga yang meningkat 10,6% YoY menjadi Rp13,7 triliun. Identities pemegang sahamnya pun terpenuhi dengan rasio cost to income (CIR) yang turun menjadi 29,1%.
Berbeda dengan BCA, BNI melaporkan pertumbuhan laba yang negatif. Laba bersih mereka mencatatkan penurunan 5,58% YoY, dari Rp10,69 triliun menjadi Rp10,09 triliun. Meskipun pendapatan bunga bersih naik 2,33% menjadi Rp19,51 triliun, beberapa kategori pendapatan mengalami penurunan, termasuk pendapatan komisi yang menyusut menjadi Rp4,84 triliun. Beban pencadangan juga terdongkrak, naik 9,82% menjadi Rp3,71 triliun, berkontribusi terhadap penurunan laba bersih.
Pada sisi lain, BRI melaporkan laba bersih yang turun 11,53% dari Rp29,7 triliun menjadi Rp26,28 triliun. Pendapatan bunga bersih BRI hanya tumbuh 2,8% YoY menjadi Rp73,27 triliun. Namun, beban pencadangan mengalami lonjakan 25,8%, yang menjadi faktor utama penurunan laba. Meski mengalami tekanan pada lini laba, BRI masih mencatatkan penyaluran kredit yang meningkat 5,97% menjadi Rp1.416,62 triliun, terutama dari sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang berkontribusi sebesar 80,32% dari total portofolio.
Peningkatan Kredit dan DPK yang Konsisten
Ketiga bank terus menunjukkan pertumbuhan positif di sektor kredit dan dana pihak ketiga (DPK). BRI menyalurkan kredit sebesar Rp1.416,62 triliun per semester I/2025, yang menggambarkan komitmen mereka terhadap UMKM. Rasio kredit bermasalah (NPL) BRI relatif stabil di angka 3,23%, sedikit naik dibandingkan sebelumnya.
Sementara itu, BBCA mencatatkan pertumbuhan kredit yang signifikan mencapai 12,9% YoY, dengan total kredit yang disalurkan mencapai Rp959 triliun. Pertumbuhan ini terjadi di semua segmen, baik korporasi maupun UKM. NPL bank ini juga berada pada level sehat, yakni 2,2%.
BNI mencatat penyaluran kredit sebesar Rp778,68 triliun, meningkat 7,11% YoY dengan perbaikan kualitas aset menunjukkan rasio NPL gross yang membaik dari 1,98% menjadi 1,95%. DPK yang dihimpun oleh BNI juga meningkat 16,51% menjadi Rp899,86 triliun, di mana dana murah (CASA) berkontribusi sebesar 18,67%.
Kondisi Umum Sektor Perbankan
Meskipun tekanan laba melanda ketiga bank, kinerja positif dalam penyaluran kredit dan penghimpunan DPK mengindikasikan bahwa sektor perbankan Indonesia masih dalam kondisi yang relatif sehat. Ketiga bank besar ini tetap optimis dapat menjaga momentum pertumbuhan, sambil terus beradaptasi dengan tantangan yang ada.
Dalam menghadapi semester ke depan, fokus utama bagi ketiga bank adalah meningkatkan efisiensi dan mengelola risiko dengan hati-hati. Kebijakan dan strategi keuangan yang adaptif akan menjadi kunci dalam meraih kinerja yang lebih baik, terutama dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berubah.





