AS Jadi Penyumbang Terbesar Surplus Dagang RI di Semester I 2025

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar US$ 19,48 miliar selama semester I 2025. Dalam periode yang sama, Amerika Serikat (AS) menjadi penyumbang utama surplus perdagangan Indonesia, dengan surplus mencapai US$ 9,92 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa keterkaitan ekonomi antara kedua negara semakin kuat, terutama dalam sektor perdagangan.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan informasi ini dalam konferensi pers di kantor BPS pada hari Jumat, 1 Agustus 2025. "Neraca perdagangan dengan Amerika Serikat menunjukkan kinerja yang sangat positif, membuktikan potensi pasar yang besar untuk produk-produk Indonesia," ujar Pudji.

Nilai ekspor Indonesia ke AS selama enam bulan pertama tahun 2025 tercatat mencapai US$ 14,79 miliar. Sebaliknya, nilai impor dari AS hanya sebesar US$ 4,87 miliar. Dengan demikian, surplus perdagangan dengan AS didominasi oleh beberapa komoditas utama, antara lain mesin dan perlengkapan elektrik, pakaian dan aksesoris rajutan, serta alas kaki, yang masing-masing memberikan kontribusi signifikan terhadap surplus tersebut.

Komoditas Penyumbang Surplus

Komoditas yang menjadi penyumbang surplus terbesar dengan AS terdiri dari:

  1. Mesin dan perlengkapan elektrik (US$ 2,19 miliar)
  2. Pakaian dan aksesoris rajutan (US$ 1,28 miliar)
  3. Alas kaki (US$ 1,27 miliar)

Data ini menunjukkan bahwa produk-produk dengan nilai tambah tinggi masih menjadi andalan ekspor Indonesia ke pasar AS. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kinerja ini, penting bagi pelaku industri dan pemerintah untuk terus meningkatkan kualitas dan daya saing produk.

Surplus Perdagangan Indonesia Secara Keseluruhan

Selain AS, India juga muncul sebagai negara yang memberikan kontribusi besar terhadap surplus perdagangan Indonesia pada semester I 2025, dengan surplus mencapai US$ 6,64 miliar. Ekspor ke India tercatat sebesar US$ 8,97 miliar, sementara impor hanya sebesar US$ 2,33 miliar. Sektor-sektor penyumbang surplus dengan India meliputi bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati, serta besi dan baja.

Filipina menempati posisi ketiga dengan surplus perdagangan sebesar US$ 4,36 miliar, didorong oleh ekspor kendaraan, bahan bakar mineral, dan lemak. Hal ini mencerminkan keragaman pasar yang dimiliki Indonesia dan potensi ekspor yang belum sepenuhnya tergali.

Nilai Ekspor dan Impor Indonesia

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada periode Januari hingga Juni 2025 mencapai US$ 135,41 miliar. Sementara itu, nilai impor Indonesia berada di angka US$ 115,94 miliar. Surplus yang dicapai menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki kemampuan untuk mempertahankan posisi positif dalam neraca perdagangan meskipun ada tantangan global yang dihadapi.

Komoditas nonmigas yang paling berkontribusi terhadap surplus Indonesia secara keseluruhan meliputi:

  1. Lemak dan minyak hewani/nabati (US$ 15,74 miliar)
  2. Bahan bakar mineral (US$ 13,28 miliar)
  3. Besi dan baja (US$ 9,04 miliar)
  4. Nikel dan produknya (US$ 3,99 miliar)
  5. Alas kaki (US$ 3,18 miliar)

Dengan data tersebut, jelas terlihat bahwa sektor-sektor seperti pertambangan dan manufaktur memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan kontribusi terhadap pendapatan negara.

Perspektif Ke Depan

Performa positif dalam surplus perdagangan ini juga harus diimbangi dengan upaya untuk memajukan kebijakan perdagangan yang menguntungkan. Tindakan tersebut dapat mencakup peningkatan kerjasama bilateral dengan negara lain, diversifikasi pasar tujuan ekspor, dan penguatan sektor manufaktur.

Mengingat pentingnya pasar luar negeri semakin meningkat, langkah strategis untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia sangat diperlukan. Para pelaku usaha dan pemerintah perlu terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan global. Upaya ini diharapkan akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke arah yang lebih baik.

Berita Terkait

Back to top button