Tahun 2025 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi industri teknologi, di mana sekitar 80.250 karyawan terpaksa kehilangan pekerjaan akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menimpa lebih dari 171 perusahaan. Data dari situs crowdsourcing Layoffs.fyi menunjukkan bahwa PHK ini menyasar perusahaan-perusahaan besar, termasuk raksasa seperti Microsoft dan Google. Kondisi ini menjadi sorotan, terutama di tengah pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang dipandang sebagai faktor utama penyebab gelombang PHK ini.
Sejak awal tahun, industri teknologi sudah menunjukkan tanda-tanda krisis. Pada tahun 2023, tercatat 264.220 pekerja di 1.193 perusahaan kehilangan pekerjaan. Sementara itu, pada tahun 2024, jumlah pekerja yang terpaksa dirumahkan mencapai 152.922 orang dari 551 perusahaan. Dengan tren yang semakin meningkat ini, banyak yang mempertanyakan dampak dari investasi perusahaan terhadap AI. Banyak pihak meyakini bahwa teknologi ini mampu mengambil alih sejumlah pekerjaan yang selama ini dilakukan oleh manusia.
AI sebagai Faktor Penyebab PHK
Banyak analis percaya bahwa perusahaan-perusahaan mengubah strategi dan prioritas bisnis mereka, yang sering kali mengarah pada pemangkasan jumlah karyawan. Investasi besar dalam teknologi AI dianggap sebagai langkah yang berisiko. Sebagai contoh, dengan meningkatnya produktivitas yang diperoleh dari teknologi ini, perusahaan bisa saja mengurangi tenaga kerja manusia.
Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya diterima oleh semua pihak. Profesor bisnis Universitas Columbia, Oded Netzer, menyatakan bahwa situasi ini jauh lebih kompleks. "Beberapa perusahaan mungkin mengurangi investasinya di bidang lain, lalu memberhentikan pekerjanya, tetapi ini juga berarti ada pekerja baru yang direkrut terkait AI," katanya dalam pernyataannya, yang dilansir oleh CBS News.
Netzer menekankan bahwa meskipun ada PHK, sektor lainnya, terutama yang berkaitan dengan pengembangan dan implementasi teknologi AI, justru mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa, meski beberapa posisi dihapus, posisi baru yang berhubungan dengan teknologi baru juga muncul.
Implikasi Bagi Karyawan dan Pasar Kerja
Dampak dari PHK massal ini tentu saja tidak ringan bagi para karyawan yang terdampak. Mereka harus mencari peluang baru di pasar kerja yang semakin kompetitif. Banyak di antara mereka yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk membangun karier di industri yang kini tengah mengalami perubahan drastis.
Kondisi ini juga menciptakan ketidakpastian bagi calon pekerja. Banyak perusahaan kini mencari keterampilan baru yang relevan dengan perkembangan teknologi, terutama di bidang AI. Karyawan diharapkan dapat beradaptasi dengan cepat dan memperbarui keterampilan mereka agar tetap relevan di pasar yang berubah.
Sementara itu, respons dari perusahaan terhadap gelombang PHK ini cukup bervariasi. Beberapa perusahaan memilih untuk merekrut karyawan baru yang memiliki keahlian dalam teknologi AI, sementara yang lain fokus pada pengurangan biaya. Dengan demikian, strategi bisnis yang diambil akan menjadi penentu bagi masa depan tenaga kerja di sektor teknologi.
Apa Selanjutnya?
Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi para profesional di industri teknologi untuk tetap proaktif dalam mempelajari keterampilan baru. Pelatihan dalam teknologi AI dan penguasaan bidang terkait dapat menjadi kunci untuk mendapatkan posisi baru yang lebih baik di lapangan kerja.
Selain itu, pemerintah dan lembaga pendidikan juga diharapkan dapat berperan aktif dalam menyediakan pelatihan dan pendidikan yang relevan untuk membantu para pekerja beradaptasi dengan realitas baru di dunia kerja.
Krisis yang dihadapi oleh industri teknologi ini menawarkan pelajaran berharga tentang pentingnya inovasi dan adaptasi. Dengan kecerdasan buatan yang terus berkembang, masa depan pasar tenaga kerja akan sangat dipengaruhi oleh cara industri dan pekerja beradaptasi serta menanggapi perkembangan tersebut.





