Pengamat politik Muhammad Qodari menegaskan pentingnya pemikiran Margono Djojohadikusumo mengenai kedaulatan ekonomi nasional yang masih sangat relevan dalam konteks pembangunan Indonesia saat ini. Dalam acara bedah buku yang bertajuk “Margono Djojohadikusumo: Pejuang Ekonomi dan Pendiri BNI 46”, ia menyatakan bahwa gagasan Margono membawa perspektif baru bahwa kedaulatan bukan hanya bersifat politik atau militer, tetapi juga ekonomi.
Margono Djojohadikusumo berperan penting dalam pendirian Bank Negara Indonesia (BNI) yang merupakan cikal bakal sistem keuangan nasional. Qodari menjelaskan, “BNI berdiri atas mandat Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta, berfungsi sebagai bank sentral yang menerbitkan Oeang Republik Indonesia (ORI)”. Hal ini menandai tonggak sejarah penting dalam pembangunan sistem moneter Indonesia.
Selain itu, Margono juga dikenal sebagai tokoh yang memiliki perhatian besar terhadap koperasi dan ekonomi kerakyatan. Dalam konteks ini, Qodari menggarisbawahi bahwa konsep koperasi yang pernah diperjuangkan Margono kini kembali dihidupkan oleh pemerintah melalui program koperasi desa atau koperasi kelurahan Merah Putih. “Ini adalah langkah penting untuk memperluas akses ekonomi masyarakat pedesaan,” terangnya.
Bukan hanya mengandalkan ide-ide brilian, Margono Djojohadikusumo juga dikenal sebagai sosok yang menerjemahkan visinya ke dalam aksi nyata. Qodari menegaskan, “Pak Margono adalah man of ideas sekaligus man of action. Dia tidak hanya bermimpi tetapi juga mewujudkannya. Dari mendirikan yayasan hingga membangun sumber daya manusia, itu semua contoh nyata bagi generasi muda saat ini.”
Margono juga aktif dalam kegiatan politik dan ekonomi, seperti yang terlihat dari keterlibatannya dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Selain menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung pertama, ia juga menjadi delegasi dalam Konferensi Meja Bundar, suatu momen strategis dalam sejarah Indonesia.
Qodari mengemukakan harapan akan penghormatan yang layak bagi Margono, menyatakan, “Beliau sangat pantas untuk menerima gelar Pahlawan Nasional. Setiap orang yang memegang rupiah hari ini, di situ ada jejak beliau.” Ini menunjukkan betapa mendalam dan luasnya pengaruh Margono terhadap ekonomi dan keuangan negara.
Di era yang semakin kompleks ini, tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam pembangunan ekonomi tidaklah kecil. Pertumbuhan penduduk, ketimpangan regional, dan akses terhadap pekerjaan di berbagai sektor menjadi sorotan utama. Pemikiran Margono tentang kedaulatan ekonomi bisa dijadikan acuan untuk menyusun kebijakan yang lebih adil dan inklusif.
Koperasi dan ekonomi kerakyatan yang merupakan perhatian Margono dapat dianggap sebagai solusi untuk mengatasi tantangan ekonomi. Dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perekonomian melalui koperasi, diharapkan dapat mengurangi ketimpangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama di pedesaan.
Di samping itu, sektor keuangan yang kuat dan berdaulat itu penting untuk mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dengan demikian, gagasan Margono dalam mendirikan sistem keuangan yang berorientasi pada rakyat sangat relevan untuk menggerakkan ekonomi domestik yang tangguh.
Dalam kondisi saat ini, refleksi atas kontribusi Margono Djojohadikusumo tidak hanya sekadar pengingat akan sejarah, tetapi juga sebagai inspirasi untuk mewujudkan ekonomi yang lebih berdaulat dan mandiri. Melalui pendidikan, inovasi, dan pemberdayaan masyarakat, semangat Margono dapat dihidupkan kembali untuk menghadapi tantangan di era modern ini. Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat perlu bersinergi agar gagasan tersebut dapat terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi Indonesia.





