Perayaan 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia semakin dekat, namun masyarakat masih menghadapi keresahan terkait kondisi ekonomi yang melanda. Hal ini disampaikan oleh Hendri Saparini, Pendiri dan Ekonom Senior Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, dalam acara “Ruang Gagasan” di Jakarta. Menurutnya, meskipun Indonesia sudah 80 tahun merdeka, tujuan utama dari kemerdekaan yaitu kesejahteraan rakyat masih jauh dari capaian yang diharapkan.
Hendri Saparini mengungkapkan kekhawatirannya terkait angka kemiskinan. Saat ini, terdapat sekitar 24 juta orang miskin di Indonesia. Namun, jika ditambah dengan mereka yang mendekati garis kemiskinan, jumlahnya bisa mendekati angka yang dilaporkan oleh Bank Dunia, yakni 171 juta. “Rasanya kita masih jauh dari apa yang kita cita-citakan,” ujarnya dengan tegas.
Selain angka kemiskinan, Hendri juga menyoroti adanya kesenjangan pendapatan yang sangat mencolok antara Indonesia dan negara-negara yang merdeka pada periode yang sama, seperti Korea Selatan. Saat ini, pendapatan per kapita Indonesia masih di bawah USD 5.000, sementara Korea Selatan sudah mencapai USD 36.000. “Boleh kita merasa kayaknya ada sesuatu yang harus kita koreksi,” ia menambahkan.
Salah satu masalah mendasar yang juga dibahas adalah ketidakmampuan Indonesia dalam menyediakan lapangan kerja yang layak. Meskipun pengangguran terbuka tercatat sekitar 7 juta dari total 145 juta pekerja, lebih dari separuh pekerja tersebut terserap di sektor informal. Hal ini menciptakan tantangan tersendiri, karena pekerja di sektor ini tidak dilindungi oleh hukum dan tidak memiliki jaminan sosial. Hendri menekankan, “Artinya kita memang ada pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan.”
Namun, meskipun situasi ini tidak menggembirakan, Hendri menolak untuk berbaik hati. Ia memandang kondisi ini sebagai tantangan yang harus dihadapi dengan optimisme. Dari pengalamannya, ia melihat bahwa satu kunci utama untuk mengatasi masalah ini terletak pada peran anak muda. Negara-negara maju sering kali berhasil membangun ekonomi yang kuat berkat inovasi dan kreativitas generasi muda.
Pentingnya edukasi dan pemberdayaan generasi muda juga ditekankan. Hendri percaya bahwa dengan pendekatan yang tepat, anak muda dapat menjadi agen perubahan dalam meningkatkan kualitas ekonomi Indonesia. “Kita harus berinvestasi pada anak muda, agar mereka memiliki keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja yang terus berubah,” tuturnya.
Di tengah resahnya masyarakat akan kondisi ekonomi, Hendri juga mengajak semua pihak untuk bersinergi. Pemerintah, swasta, dan masyarakat perlu berkolaborasi untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan bagi tantangan ekonomi. Ia berharap, peringatan 80 tahun kemerdekaan dapat menjadi momentum untuk refleksi dan aksi dalam mewujudkan cita-cita kesejahteraan yang selama ini diimpikan.
Menyusuri perjalanan panjang Indonesia dalam meraih kemerdekaan, penting bagi semua elemen masyarakat untuk tetap bersikap optimis dan proaktif. Melalui kerjasama dan dukungan satu sama lain, bisa jadi Indonesia akan mampu mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi saat ini.
Perorang yang peduli terhadap kemajuan ekonomi Indonesia harus memahami bahwa perjalanan menuju kesejahteraan adalah sebuah proses berkelanjutan. Setiap individu memiliki peranan penting dalam menciptakan perubahan, baik melalui edukasi, kewirausahaan, maupun inovasi. Dengan semangat itu, diharapkan, Indonesia dapat membangun masa depan yang lebih cerah bagi semua lapisan masyarakat.





