Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam hingga 2,2% pada perdagangan awal hari ini, Jumat (29/8/2025). Penurunan ini terjadi di tengah situasi politik yang tengah memanas, setelah insiden unjuk rasa berdarah yang mengakibatkan seorang pengemudi ojek online (ojol) kehilangan nyawanya pada Kamis (28/9/2025). Kejadian tersebut memberikan dampak negatif yang cukup signifikan bagi pasar, menyisakan kepanikan di kalangan investor, terutama menjelang akhir bulan.
Menurut Kepala Riset Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, situasi ini diperburuk oleh tidak adanya sentimen positif yang memadai di pasar modal. Meskipun Presiden Prabowo Subianto telah menyampaikan ungkapan duka dan desakan investigasi terhadap insiden tersebut, pernyataannya belum mampu membangkitkan kepercayaan di kalangan investor. “Saya kira ini belum berhasil memuaskan tuntutan masyarakat. Talkshow DPR terasa seperti lip service,” ungkap Liza kepada Beritasatu.com.
Kritikan juga datang dari Liza mengenai langkah DPR dalam menangani isu tunjangan rumah yang dianggap masih jauh dari realitas kehidupan masyarakat bawah. Ia menegaskan bahwa pelaku pasar keuangan sangat menginginkan kestabilan sosial-politik agar iklim investasi tetap kondusif. “Intinya, buat kita para pelaku pasar, stabilitas adalah kunci menjaga investasi asing di Indonesia,” tegasnya.
Tak dapat dipungkiri bahwa pergerakan IHSG sangat dipengaruhi oleh sentimen dan perilaku pasar. Jika ketidakstabilan terus berlanjut, Liza memperingatkan bahwa IHSG bisa saja menyentuh level psikologis 7.600, yang dianggap sebagai batas bawah konsolidasi. “Kita harus bersiap untuk IHSG mencapai 7.600 serendah-rendahnya. Ini memang konsolidasi teknikal, tetapi alasannya sangat disayangkan,” jelasnya.
Reaksi pasar terhadap insiden ini menunjukkan bahwa investor tidak hanya memperhatikan data ekonomi, tetapi juga sangat sensitif terhadap kondisi sosial dan politik. Hal ini menjadi sinyal jelas bahwa turut campur pemerintah sangat diperlukan untuk meredakan ketegangan publik. Para investor, baik lokal maupun asing, kini menanti tindakan nyata dari pemerintah untuk memastikan stabilitas nasional, yang merupakan syarat penting bagi kelangsungan investasi di Indonesia.
Pelemahan IHSG hari ini adalah sebuah indikator bahwa situasi tidak hanya terpengaruh oleh performa ekonomi, tetapi juga oleh dinamika di lapangan. Dengan adanya insiden tersebut, publik diharapkan dapat menyaksikan langkah-langkah konkret yang diambil pemerintah untuk memperbaiki situasi dan memulihkan kepercayaan pasar.
Bagi pelaku pasar, keinginan untuk stabilitas tidak hanya dianut oleh investor individual, tetapi juga oleh institusi besar yang memiliki kepentingan jangka panjang di Indonesia. Dengan kondisi yang saat ini tengah memanas, penting bagi otoritas untuk cepat tanggap dalam menyelesaikan permasalahan sosial yang ada.
Hal ini juga menjadi tantangan bagi pemerintah untuk memastikan bahwa insiden serupa tidak terulang, sehingga iklim investasi bisa kembali stabil. Penurunan IHSG merupakan panggilan bagi semua pihak, bahwa investasi yang aman dan menguntungkan hanya bisa terwujud dalam keadaan sosial dan politik yang kondusif. Stabilitas, sebagai elemen kunci, perlu ditegakkan agar kekecewaan dan kepanikan pasar tidak berdampak lebih luas.





