Investasi di KEK RI Capai Rp 294,4 Triliun hingga Semester I 2025

Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) mencatat realisasi investasi yang signifikan di 25 Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia, dengan total mencapai Rp 294,4 triliun hingga semester I 2025. Capaian ini menunjukkan peningkatan yang memuaskan dibanding periode sebelumnya dan melampaui realisasi penyerapan tenaga kerja yang telah mencapai 187.376 orang.

Dari target investasi sebesar Rp 84,1 triliun untuk tahun 2025, realisasi investasi di semester pertama tersebut mencapai 48,2%. Hal ini mencerminkan bahwa KEK terus menjadi magnet bagi investor, terutama dalam sektor industri manufaktur. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menyatakan bahwa capaian ini mencerminkan respon positif terhadap kebijakan pemerintah. Ia menekankan, "Realisasi investasi dan penyerapan tenaga kerja masih terus tumbuh," dalam konferensi pers yang digelar pada 9 September 2025.

Tenaga Kerja Terserap Signifikan

Pada semester pertama tahun ini, KEK mencatat penyerapan tenaga kerja sebanyak 28.094 orang, melampaui separuh dari target penyerapan tenaga kerja yang ditetapkan untuk tahun 2025 sebesar 49.779 orang. Lonjakan ini adalah indikasi bahwa KEK tidak hanya berperan dalam menarik investasi, tetapi juga dalam menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.

Sektor Industri dan Peta Penyebaran KEK

Sebagian besar investasi dipusatkan pada KEK yang berfokus pada industri manufaktur dan pengolahan, dengan wilayah penyebaran yang meliputi seluruh Indonesia dari Aceh sampai Papua. Di pulau Jawa terdapat 7 KEK, sementara 18 KEK lainnya tersebar di luar Jawa. Sebagai contoh, KEK Kendal, Gresik, dan Batang menjadi wilayah yang menyerap banyak tenaga kerja serta menghadirkan proyek-proyek besar.

Potensi Pengembangan Di Masa Depan

Meskipun realisasi investasi sudah menunjukkan sinyal positif, Susiwijono juga menyoroti potensi pengembangan KEK yang masih sangat besar. Ia mengungkapkan bahwa hingga saat ini, lahan KEK yang tersedia di Indonesia hanya mencapai 23.797 hektare, angka yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Misalnya, Malaysia memiliki 2,14 juta hektare, Vietnam 1,62 juta hektare, dan Thailand 622.000 hektare.

"Utilisasi lahan KEK kita juga belum optimal. Dengan hanya sebagian kecil lahan yang digunakan, ada banyak ruang untuk pengembangan lebih lanjut," ujarnya.

Diversifikasi Bidang Investasi

Susiwijono juga menambahkan bahwa pengembangan KEK dapat meliputi berbagai bidang, termasuk KEK di sektor kesehatan dan pendidikan. Proyek di KEK Sanur, Bali, yang mengincar sektor kesehatan kelas premium, serta KEK Singhasari di Malang, yang fokus pada jasa pendidikan, menunjukkan bahwa KEK tidak hanya terbatas pada industri manufaktur.

"Klinik kesehatan premium dunia sudah memindahkan layanan mereka ke KEK Sanur, dan di KEK Singhasari kita juga mulai melihat investasi di sektor pendidikan," lanjutnya.

Kesimpulan dan Masa Depan KEK

Dengan momentum yang ada, KEK di Indonesia memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan menjelma menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada tantangan dalam optimasi penggunaan lahan, dengan strategi yang tepat, KEK bisa memberikan kontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional. Pemerintah tampaknya tetap berkomitmen untuk menjadikan KEK sebagai salah satu bagian vital dalam strategi investasi dan penciptaan lapangan kerja ke depannya, dan hal ini menjadi harapan bagi para investor dan masyarakat luas.

Berita Terkait

Back to top button