Jurus Menkeu ‘Koboi’ Picu Cemas dan Sumringah di Pasar Keuangan

Pergantian Menteri Keuangan Indonesia dari Sri Mulyani Indrawati kepada Purbaya Yudhi Sadewa membawa angin segar sekaligus kecemasan di kalangan pelaku pasar. Dengan dikenal sebagai ‘menteri koboi’, Purbaya diyakini akan mengubah arah kebijakan fiskal menuju pendekatan yang lebih ekspansif. Hal ini sangat berbeda dari gaya Sri Mulyani yang lebih menekankan disiplin fiskal dan transparansi dalam pengelolaan anggaran.

Pasar saat ini mencermati kebijakan baru tersebut, terutama karena mandat presiden yang meminta Menteri Keuangan baru untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi hingga 8%. Rully Arya Wisnubroto, Chief Economist dan Head of Research Mirae Asset, menegaskan bahwa kebijakan fiskal di bawah Purbaya akan lebih pro-growth dengan melibatkan peran swasta dan pemerintah dalam mendorong investasi dan konsumsi.

Salah satu langkah signifikan yang diambil adalah peningkatan belanja pemerintah dan alokasi dana kredit senilai Rp 200 triliun ke bank-bank BUMN. Kebijakan ini diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, meskipun pelaku pasar tetap khawatir tentang keberlanjutan disiplin fiskal yang selama ini menjadi fokus utama.

Meskipun latar belakang Purbaya sebagai ekonom dan mantan pejabat BUMN memberikan keyakinan atas kapasitasnya, rumor dan ketidakpastian masih menjadi faktor penentu pergerakan pasar. Rully mengatakan bahwa pelaku pasar menanti kepastian mengenai komitmen pemerintah dalam menjaga disiplin fiskal dan transparansi anggaran, yang dapat mempengaruhi pasar modal secara signifikan.

Volatilitas pasar menjadi ancaman yang terus menghantui, terutama dalam jangka pendek. Para analis memperkirakan bahwa pasar saham mungkin mengalami pelemahan berlanjut, namun pada saat bersamaan, ini dapat menjadi momentum bagi investor untuk melakukan akumulasi pada saat harga saham turun. Strategi ‘buy on weakness’ ini diharapkan dapat memberikan keuntungan di kemudian hari, terutama bagi saham pilihan yang direkomendasikan.

Sektor perbankan menjadi sorotan utama karena diharapkan kinerjanya dapat meningkat dengan adanya penyaluran dana dari pemerintah. Rully menyarankan untuk memperhatikan saham bank BUMN, di mana kondisi ini berpotensi memberikan hasil yang menjanjikan, asalkan tidak dibarengi dengan kenaikan signifikan pada kredit bermasalah (NPL). Selain sektor perbankan, beberapa emiten seperti TLKM, TOWR, MTEL, JPFA, KLBF, dan BRPT juga dianggap menarik dalam periode konsolidasi ini.

Dalam pandangan jangka pendek, ketidakpastian mengenai kebijakan fiskal baru dapat membuat indeks saham masih dalam kondisi volatil. Namun, peluang investasi tetap ada, dan pelaku pasar perlu cermat dalam membuat keputusan. Dengan semua ini, jelas bahwa pergantian kepemimpinan di Kementerian Keuangan menghadirkan dua sisi yang kontras: kecemasan terhadap kebijakan yang berisiko dan harapan akan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

Dengan kata lain, meskipun kebijakan baru dapat memberikan harapan baru bagi perekonomian Indonesia, tantangan untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan disiplin fiskal tetap menjadi perhatian utama. Dalam konteks ini, hanya waktu yang akan menjawab apakah ‘jurus koboi’ dari Menteri Keuangan yang baru benar-benar dapat membawa hasil yang diharapkan.

Berita Terkait

Back to top button