IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu, 1 Oktober 2025, menunjukkan potensi penguatan di pasar saham domestik. IHSG dibuka dengan peningkatan 8,88 poin atau 0,11% ke posisi 8.069,94, meskipun di sisi lain, indeks LQ45 yang mencakup 45 saham unggulan mengalami penurunan sebesar 1,41 poin atau 0,18% ke level 792,57. Hal ini menunjukkan adanya pergerakan yang bervariasi di pasar, di mana investor mulai mencermati faktor-faktor makroekonomi yang berpengaruh.
Fanny Suherman, Head of Retail Research BNI Sekuritas, menilai bahwa penguatan IHSG hari ini berpotensi terjadi seiring dengan pelaku pasar yang memperhatikan data inflasi dan sektor manufaktur Indonesia untuk bulan September. “IHSG berpotensi teknikal rebound hari ini jika kuat bertahan di support 8.000,” ujarnya dalam analisis yang dirilis di Jakarta.
Data Ekonomi Indonesia yang Dinantikan
Para investor di pasar saham Indonesia kini tengah menantikan rilis beberapa data ekonomi penting. Di antaranya adalah data inflasi serta Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur untuk bulan September, yang diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang kesehatan ekonomi domestik. Pada Agustus 2025, inflasi menunjukkan deflasi sebesar 0,08% secara bulanan dan inflasi tahunan berada pada level 2,31%. Sementara itu, data PMI Manufaktur untuk bulan Agustus tercatat di level 51,5, menunjukkan adanya ekspansi dalam sektor manufaktur, yang merupakan sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi.
Adanya surplus neraca perdagangan sebesar 23,65 miliar dolar AS pada Juli 2025 juga menjadi sorotan. Surplus ini menandakan kekuatan dari sektor ekspor Indonesia, yang dapat memberikan dampak positif terhadap nilai tukar rupiah dan, pada gilirannya, terhadap IHSG.
Sinyal dari Pasar Global
Dari sisi global, isu mengenai kemungkinan penutupan pemerintahan AS (shutdown) menjadi perhatian yang dapat mempengaruhi sentimen pasar. Presiden AS, Donald Trump, mengungkapkan bahwa meskipun tidak ada yang tidak terelakkan, peluang terjadinya shutdown tetap besar. Ketua DPR AS, Mike Johnson, menyatakan skeptisisme mengenai kemungkinan kesepakatan untuk menciptakan anggaran federal yang baru. Tudingan juga muncul dari Hakeem Jeffries, pimpinan minoritas DPR dari Partai Demokrat, yang menyalahkan Partai Republik atas potensi shutdown yang dapat terjadi.
Situasi ini mengindikasikan adanya ketidakpastian di pasar global, yang dapat berimbas pada keputusan investasi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pelaku pasar diharapkan tetap waspada terhadap pengaruh beragam faktor eksternal ini.
Prospek IHSG ke Depan
Dengan kondisi saat ini, IHSG dapat diprediksi akan terus mengalami volatilitas seiring dengan rilis data ekonomi domestik dan developments internasional. Para investor disarankan untuk menyimak dengan seksama hasil rilis data inflasi dan PMI, karena hasil tersebut akan berperan penting dalam membentuk ekspektasi pasar.
Sebagai antisipasi, jika IHSG berhasil menjaga level support di 8.000, maka potensi penguatan lebih lanjut dapat dimungkinkan. Meskipun ada sejumlah tantangan dari faktor global, sentimen positif dari data ekonomi domestik dapat menjadi penopang bagi IHSG di hari ini.
Penting bagi investor untuk tetap mengikuti perkembangan terkini, baik dari dalam negeri maupun di tingkat internasional, guna memaksimalkan strategi investasi mereka. Diharapkan, situasi ini dapat mendukung momentum positif bagi IHSG dalam jangka pendek.
Src: https://mediaindonesia.com/ekonomi/816391/ihsg-hari-ini-rabu-1-oktober-2025-berpotensi-menguat?page=all





