PNM Bawa Nasib Warga Desa ke Pentas Pasar Global dengan Inovasi

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mencatatkan keberhasilan yang signifikan dalam perjalanan keuangan berkelanjutannya dengan penerbitan Orange Bonds senilai Rp16 triliun. Pada bulan Juni 2025, PNM berhasil menerbitkan obligasi ini bersamaan dengan Orange Sukuk pertama di dunia, menempatkan Indonesia di posisi yang menonjol di kancah global. Dalam hal ini, Indonesia menjadi penerbit kedua di Asia dan kelima di dunia dalam kategori ini. Langkah ini tidak hanya memberikan dampak finansial, tetapi juga menjadi sebuah inovasi yang menghubungkan atau mempertemukan kebutuhan pendanaan global dengan misi sosial di tingkat lokal, terutama untuk mendukung perempuan prasejahtera di daerah terpencil.

Menurut Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi, penerbitan ini adalah momentum yang mampu menyambungkan “Wall Street dengan Backstreet”. Hal ini berarti dana yang besar dari pasar global dapat secara langsung membantu perempuan miskin di desa-desa, memperkuat kapasitas ekonomi mereka. Kepercayaan investor terhadap PNM bukanlah hal yang muncul secara instan; sejak 2015, perusahaan ini telah meluncurkan program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) yang sukses menjangkau 13,3 juta perempuan di lebih dari 6.100 kecamatan di Indonesia.

Sejauh ini, terdapat sekitar 1,8 juta nasabah yang berhasil “naik kelas”, mendapatkan akses pembiayaan yang lebih baik melalui lembaga keuangan lain seperti Pegadaian dan BRI. Realisasi total pinjaman PNM telah melesat dari Rp4,2 triliun pada tahun 2017, menjadi Rp68,2 triliun pada tahun 2024, dan mencapai Rp43,3 triliun pada Agustus 2025.

Ketika membahas tentang dampak keuangan, perlu dicatat bahwa PNM Mekaar berhasil mencatat pendapatan hingga Rp10,01 triliun dan laba mencapai Rp1,02 triliun per Agustus 2025. Selain itu, inovasi digital terus diperkenalkan melalui aplikasi SenyuM Mobile, memberikan kemudahan akses bagi para nasabah. Upaya ini juga mencakup program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSL) yang mendukung pemberdayaan petani perempuan.

Keberhasilan PNM dalam penerbitan Orange Bonds sesuai dengan masukan dari pemerintah yang menyatakan bahwa anggaran negara hanya mampu menutup 40% kebutuhan pendanaan untuk Sustainable Development Goals (SDGs). Amich Alhumami dari Bappenas menjelaskan bahwa setelah pandemi, kebutuhan pembiayaan SDGs meningkat secara signifikan, dan Orange Bonds menjadi solusi konkret untuk memenuhi kekurangan tersebut.

Adanya dukungan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memberikan penilaian positif terhadap Orange Bonds sebagai diversifikasi sumber dana non-bank menambah legitimasi untuk inovasi ini. Semua persyaratan regulasi telah dipenuhi, dan verifikasi independen dari Impact Investment Exchange (IIX) memastikan bahwa obligasi ini berdampak nyata terhadap kesetaraan gender.

PNM merencanakan penerbitan tahap kedua Orange Bonds senilai Rp1,02 triliun pada akhir 2025, dengan minat yang tinggi dari investor internasional. Ini menunjukkan bahwa pasar global yakin akan kemampuan PNM untuk mengelola dana serta dampak sosial yang akan ditimbulkan.

Sebagai tambahan, PNM juga telah menerima penghargaan dari CNBC Indonesia di kategori Best Ultra Micro Finance for Empowering Women in Business, menegaskan komitmen mereka terhadap pemberdayaan perempuan melalui usaha mikro. Arief Mulyadi menekankan bahwa meskipun PNM tidak dapat melayani semua nasabah, misi yang lebih besar adalah untuk menginspirasi pihak lain agar turut serta dalam menyasar segmen yang kurang terlayani.

Melalui langkah-langkah ini, PNM tidak hanya membawa nasib perempuan desa ke pasar global, tetapi juga membuka peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif di masa mendatang.

Source: www.viva.co.id

Berita Terkait

Back to top button