Siap-Siap! Harga Minyak Dunia Berpotensi Tembus USD 100/Barel Tanpa Rusia

Harga minyak dunia diprediksi akan melampaui USD100 per barel jika pasokan minyak mentah Rusia dicabut dari pasar global. Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengungkapkan bahwa hilangnya volume minyak Rusia akan berdampak signifikan terhadap stabilitas energi dunia dan ekonomi global. Dalam sebuah forum diskusi ekonomi yang dikutip oleh kantor berita Interfax, Putin menegaskan, “Tidak mungkin membayangkan bahwa hilangnya minyak Rusia akan menjaga situasi normal dalam sektor energi global.”

Pernyataan ini muncul ditengah meningkatnya permintaan energi yang terjadi di berbagai belahan dunia. Putin menambahkan, mengeluarkan produsen dan pedagang Rusia yang memberikan kontribusi besar terhadap pasokan minyak global akan menyebabkan lonjakan harga yang drastis. “Harga akan langsung meroket, semuanya akan langsung naik melampaui USD100 per barel,” ujarnya.

Ketegangan di pasar energi ini juga berimbas pada negara-negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi. Putin mencatat bahwa harga minyak yang melonjak hampir mencapai USD100 tidak akan menguntungkan bagi banyak negara, terutama di Eropa yang sedang mengalami berbagai tantangan ekonomi.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina, Amerika Serikat (AS) telah memaksakan tekanan untuk menghentikan impor minyak Rusia, terutama pada India—yang merupakan salah satu importir minyak terbesar dunia dan pemegang rekod sebagai importir minyak Rusia kedua setelah China. India telah mengambil langkah yang cukup berani dengan tetap mengandalkan minyak mentah Rusia, terutama yang ditawarkan dengan harga diskon, meskipun ada larangan dari negara-negara Barat.

Pemerintahan AS dibawah Presiden Donald Trump sebelumnya telah mengungkapkan kekhawatirannya terhadap tindakan India yang terus membeli minyak dari Rusia. Pejabat pemerintah India berulang kali menegaskan bahwa mereka akan melanjutkan impor minyak Rusia karena harga yang lebih rendah, memberikan keuntungan dari segi biaya di tengah lonjakan harga energi.

India, yang berusaha mengurangi ketergantungan pada minyak mahal, memberikan sinyal kepada AS bahwa mereka bisa mengurangi impor minyak dari Rusia jika diberi kesempatan untuk mengimpor minyak dari negara lain, termasuk Iran dan Venezuela. Hal ini menunjukkan betapa tertekannya negara-negara yang harus menghadapi tekanan politik dan ekonomi sembari tetap mengelola kebutuhan energi mereka.

Putin sendiri menyatakan optimis bahwa India “tidak akan pernah membiarkan dirinya dipermalukan” dan tidak akan tunduk pada tekanan AS untuk menghentikan impor minyak Rusia. Situasi ini menambah ketegangan di pasar energi dunia, di mana negara-negara harus menavigasi antara kebutuhan energi dan hubungan diplomatik.

Ketidakpastian ini juga berdampak pada pasar saham dan perekonomian global, khususnya bagi negara-negara yang memiliki ketergantungan tinggi pada energinya. Berbagai analis memperingatkan bahwa jika kualitas dan kuantitas pasokan minyak tidak stabil, maka potensi lonjakan harga minyak dunia, melebihi USD100 per barel, sangat mungkin terjadi.

Bagi banyak negara pengimpor energi, situasi ini menjadi dilematis. Mereka perlu menjaga kestabilan ekonomi domestik sambil menghadapi tekanan internasional yang berisi seruan untuk menghentikan ketergantungan pada Rusia. Tentu saja, pasar energi akan terus memantau perkembangan terakhir untuk menentukan langkah selanjutnya dalam menghadapi ketidakpastian ini.

Secara keseluruhan, lonjakan harga minyak yang dipicu oleh pengurangan pasokan dari Rusia menimbulkan pertanyaan besar tentang masa depan pasar energi global dan bagaimana negara-negara beradaptasi dengan situasi yang terus berubah ini. Dengan pengaruh geopolitik yang semakin meningkat, sumber energi dan strategi impor menjadi krusial bagi perekonomian di seluruh dunia.

Source: ekbis.sindonews.com

Berita Terkait

Back to top button