Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) baru-baru ini mengungkapkan penemuan yang mengejutkan terkait paparan radioaktif Cesium-137 di Cikadang, Banten. Temuan ini bermula saat udang yang diekspor mengalami penolakan oleh Amerika Serikat karena kandungan radioaktif yang melampaui batas. Penemuan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat dan instansi pemerintah.
Koordinator Komunikasi Publik Bapeten, Abdul Qohhar Teguh Eko Prasetyo, menjelaskan bahwa pihaknya hanya dilibatkan dalam pemeriksaan setelah permintaan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Menurutnya, Bapeten terkejut karena kandungan Cesium-137 ditemukan di area luar fasilitas pengolahan udang, bukan hanya di dalam tambak.
Qohhar menyatakan bahwa saat melakukan pemeriksaan di pabrik pengolahan, mereka menemukan peningkatan laju paparan di luar nilai latar (background level). “Kami mengukur tingkat radiasi dan menemukan nilai yang jauh lebih tinggi dari yang seharusnya,” ungkapnya. Hal ini menandakan adanya sumber radiasi yang tidak biasa di area tersebut.
Bapeten mengidentifikasi bahwa nilai radiasi yang muncul tidak berasal dari faktor alamiah seperti matahari atau radiasi kosmik, yang merupakan sumber radiasi normal. “Kami mendapati bahwa bacaan alat ukur menunjukkan angka yang signifikan,” lanjut Qohhar. Temuan ini akhirnya memicu Bapeten untuk memperluas radius pengawasan terhadap paparan radioaktif, yang kini menjadi masalah serius di Cikadang.
Setelah memperluas jangkauan hingga radius 2,5 kilometer, Bapeten menemukan tambahan beberapa titik dengan peningkatan paparan radioaktif. Dari hasil survei yang lebih luas, yaitu radius 5 kilometer, mereka berhasil mendeteksi delapan titik tambahan yang juga mengalami paparan radioaktif tinggi.
Sementara itu, Gubernur Banten, Andra Soni, berupaya meredakan kekhawatiran masyarakat dengan menyatakan bahwa hasil tambak udang di wilayah Banten aman untuk dikonsumsi. Dalam sebuah pernyataan, Andra melakukan pengujian dengan mencicipi udang hasil budidaya lokal dan menegaskan bahwa tidak ada masalah dengan makanan tersebut. “Alhamdulillah, udang dari tambak kita tidak ada masalah,” tuturnya.
Namun, situasi ini masih menjadi perhatian serius, terutama bagi penduduk sekitar dan para pekerja di industri perikanan. Penemuan zat radioaktif seperti Cesium-137 dapat berdampak serius terhadap kesehatan, dan ada laporan bahwa beberapa warga telah mengalami gejala yang mengarah pada paparan ini. Sejumlah delapan orang yang diduga terpapar saat ini sedang dirawat di Rumah Sakit Fatmawati.
Bapeten akan terus melanjutkan pemantauan dan pengawasan, serta melakukan komunikasi dengan pihak-pihak terkait untuk memastikan keselamatan masyarakat dan lingkungan. Kendati berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menenangkan masyarakat, banyak yang tetap cemas akan potensi risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh paparan radiasi yang tidak terduga ini.
Bapeten juga menghimbau agar masyarakat tetap waspada dan melaporkan jika menemukan informasi terkait paparan radioaktif di area lain. Penanganan masalah ini adalah prioritas, untuk memastikan bahwa sumber makanan, terutama yang dihasil oleh tambak lokal, tetap aman bagi konsumen.
Lewat penemuan ini, Bapeten dan pemerintah setempat diharapkan dapat bekerja sama untuk melakukan penyelidikan yang lebih mendalam dan memastikan transparansi informasi kepada publik mengenai situasi ini. Langkah-langkah pencegahan akan sangat diperlukan untuk menangani kasus serupa di masa depan dan melindungi kesehatan masyarakat.
Source: www.beritasatu.com





