Pemerintah sedang berupaya menyelesaikan utang proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, yang dikenal dengan nama Whoosh, agar tidak membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam konteks ini, Danantara, selaku badan yang berperan dalam proyek tersebut, telah menyiapkan beberapa opsi strategis untuk menyelesaikan utang ini. Rosan Roeslani, CEO Danantara, menyatakan bahwa pihaknya berkoordinasi dengan beberapa kementerian terkait untuk merumuskan skema penyelesaian yang paling efisien.
Pelaksanaan penyelesaian utang Whoosh menjadi fokus utama, dengan Danantara sedang memfinalisasi evaluasi dan opsi yang akan dibahas bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), dan Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur (Kemenko Infrastruktur). Dalam sebuah deklarasi yang diungkapkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Rosan menggarisbawahi pentingnya keputusan yang akan diambil selaras dengan kepentingan negara.
Sebelumnya, Rosan juga telah berdiskusi dengan Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, untuk menegaskan bahwa utang proyek ini tidak akan ditanggung oleh APBN. Purbaya menekankan bahwa tanggung jawab untuk menyelesaikan utang seharusnya berada di pundak Danantara. Ia juga mencatat bahwa Danantara memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk memenuhi kewajiban tersebut, berkat dividen sekitar Rp 90 triliun yang diterima dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Purbaya menambahkan bahwa saat ini Danantara sedang menyusun studi tentang skema penyelesaian utang tersebut, dan dirinya menghargai komitmen badan itu untuk menerapkan tata kelola yang baik serta transparan dalam penggunaan dana. “Kita akan menunggu hasil dari Danantara mengenai langkah-langkah yang akan diambil untuk menyelesaikan utang ini,” ujarnya dalam pernyataan di Wisma Danantara.
Beberapa langkah yang mungkin diambil Danantara dalam penyelesaian utang ini termasuk analisis mendalam terhadap berbagai alternatif skema pembayaran. Hal ini diharapkan tidak hanya menyelesaikan utang proyek tetapi juga memperkuat kepercayaan publik terhadap pengelolaan keuangan proyek infrastruktur nasional. Dengan potensi dividen yang ada, Danantara memiliki landasan yang kuat untuk merancang rencana penyelesaian yang tidak membebani anggaran negara.
Rosan juga menegaskan bahwa evaluasi komprehensif sedang dilakukan dan akan segera disimpulkan, agar hasilnya benar-benar memberikan manfaat bagi negara. Komitmen transparansi dari Danantara dalam pengelolaan keuangan sangat dibutuhkan, agar masyarakat bisa memahami rencana dan proses yang dilakukan.
Sebagai langkah proaktif, Dewan Pengawas Danantara telah mengadakan rapat internal untuk membahas hasil evaluasi dan kemungkinan rancangan opsi penyelesaian yang tepat. Terlebih lagi, adanya dukungan dari beberapa kementerian diharapkan dapat mempercepat proses ini.
Dalam konteks ini, langkah-langkah kolaboratif antara Danantara dan pemerintah menjadi kunci untuk mencapai solusi jangka panjang terhadap penyelesaian utang Whoosh. Upaya ini juga penting dalam menjaga stabilitas finansial negara dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap proyek-proyek infrastruktur.
Dengan demikian, penyelesaian utang proyek kereta cepat Whoosh menjadi tantangan besar yang harus dihadapi, sekaligus peluang untuk menunjukkan profesionalisme dan kredibilitas manajemen proyek infrastruktur di Indonesia. Danantara dan pemerintah diharapkan dapat merumuskan strategi yang tidak hanya efektif dari segi finansial tetapi juga berkelanjutan untuk masa depan.
Source: www.beritasatu.com





