
Hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan pada sesi pertama perdagangan, dengan anjlok sebesar 180,47 poin atau 2,22%, mencapai level 7.944,29. Penurunan ini mencerminkan kondisi pasar yang tidak stabil dan reaksi negatif investor terhadap beberapa faktor eksternal dan internal.
Pada penutupan perdagangan sesi pertama yang berlangsung pada hari Jumat, 17 Oktober 2025, data menunjukkan adanya fluktuasi yang cukup besar. Dari total 956 saham yang diperdagangkan, hanya 136 saham yang berhasil menguat, sementara 591 saham melemah dan 229 saham stagnan. Total transaksi perdagangan mencapai Rp13,9 triliun dengan volume perdagangan mencapai 22,5 miliar saham.
Indeks Sektor Turun Drastis
Pergerakan sektor-sektor di bursa juga menunjukkan kecenderungan negatif. Indeks LQ45 mengalami penurunan sebesar 0,90 persen, mencapai angka 772,01. Selain itu, indeks JII turun 1,59 persen ke posisi 554,88, sedangkan indeks IDX30 dan MNC36 masing-masing turun 1,18 persen dan 1,17 persen. Melihat lebih dalam, hampir semua indeks sektoral mengalami penurunan yang signifikan, terutama sektor energi yang anjlok sebesar 4,22 persen.
Sektor lain yang juga mengalami penurunan mencakup konsumer non-siklikal (turun 2,42 persen), konsumer siklikal (2,35 persen), keuangan (1,21 persen), dan infrastruktur (3,49 persen). Selain itu, sektor teknologi menunjukkan penurunan tajam, dengan indeksnya merosot hingga 4,86 persen.
Saham Gainers dan Losers
Di tengah penurunan ini, ada beberapa saham yang mencatatkan kenaikan. PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk (SCNP) menjadi sorotan dengan lonjakan 34,52 persen menjadi Rp226. Sementara itu, PT Sekar Bumi Tbk (SKBM) mengalami kenaikan sebesar 25 persen ke level Rp550, dan PT Berkah Prima Perkasa Tbk (BLUE) naik sebesar 24,64 persen ke Rp1.315.
Namun, penurunan pada saham-saham besar juga menciptakan skenario yang menyedihkan bagi investor. PT Multipolar Tbk (MLPT) mencatat penurunan hingga 15 persen menjadi Rp124.950, diikuti oleh PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) yang turun 14,99 persen menjadi Rp17.300, serta PT Martina Berto Tbk (MBTO) yang merosot 14,97 persen ke harga Rp284.
Pandangan Analis
Analis pasar mengungkapkan bahwa kondisi makroekonomi dan ketidakpastian global, termasuk isu-isu geopolitik, mungkin turut mempengaruhi pergerakan IHSG. "Investor cenderung mengambil langkah hati-hati dan menunggu petunjuk lebih lanjut sebelum membuat keputusan besar," ujar seorang analis pasar yang meminta untuk tidak disebutkan namanya. Ketidakpastian ini, ditambah dengan sentimen negatif dari pasar global, menjadi salah satu faktor utama di balik penurunan IHSG.
Kesimpulan Sementara
Dengan menyusutnya IHSG ke level 7.944,29, pemulihan dalam waktu dekat tampak menantang. Investor diingatkan untuk tetap waspada dan mempertimbangkan risiko yang ada di pasar. Data transaksi yang menunjukkan dominasi penjualan dan minimnya penguatan pada saham-saham tertentu menunjukkan bahwa perlunya strategi investasi yang lebih cermat.
Ke depan, pelaku pasar akan mengamati dengan seksama pengumuman dari pemerintah serta kebijakan moneter yang dapat mempengaruhi sentimen pasar. Dengan tetap terlihat adanya potensi yang tidak terduga, investor diharapkan tetap optimis namun hati-hati dalam melangkah dalam menghadapi fluktuasi pasar yang ada.
Source: economy.okezone.com





