Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan pada sesi pertama perdagangan Jumat, 17 Oktober 2025, merosot 2,22 persen atau 180,47 poin ke level 7.944. Penurunan ini menunjukkan dampak negatif dari kondisi pasar, di mana seluruh sektor saham terjerembab ke zona merah. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp13,92 triliun dengan frekuensi transaksi sebanyak 1,62 juta kali, mencerminkan aktivitas trading yang signifikan meskipun kondisi pasar tidak mendukung.
Seluruh sektor saham menuai kekecewaan, dengan sektor teknologi mencatatkan koreksi terdalam mencapai 4,86 persen. Diikuti oleh sektor energi yang menyusut 4,21 persen, serta sektor infrastruktur dengan penurunan sebesar 3,49 persen. Sektor transportasi juga mengalami penurunan 3,08 persen, dan sektor non-siklikal serta siklikal masing-masing turun 2,42 persen dan 2,35 persen. Hal ini menggambarkan sentimen negatif yang melanda pasar.
Analisis Teknikal dan Proyeksi IHSG
Analis dari Phintraco Sekuritas mengungkapkan bahwa IHSG saat ini berada di bawah garis MA20, yang menunjukkan angka 8.112. Indikator MACD histogram pun menunjukkan tren negatif yang melebar. Dalam riset mereka, analis memproyeksikan bahwa IHSG akan bergerak dalam rentang 7.935-7.975 pada sesi kedua, menandakan potensi lanjutan dari penurunan.
Meskipun IHSG anjlok, terdapat beberapa saham yang mampu menunjukkan performa baik, melompati pertumbuhan relatif meskipun kondisi pasar tidak mendukung. Tiga saham yang berhasil mencatatkan lonjakan di tengah penurunan IHSG adalah:
- PT United Tractors Tbk (UNTR): Melesat 3,56 persen dengan kenaikan 925 poin, mencapai level 26.900.
- PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN): Meningkat 3,15 persen atau 250 poin, menjadi 8.175.
- PT Bank Central Asia Tbk (BBCA): Menguat 1,37 persen atau 100 poin, mencapai level 7.400.
Ketiga saham tersebut mencatatkan pertumbuhan di tengah pasar yang lesu, menunjukkan adanya peluang bagi investor yang cermat dalam memilih aset.
Pesan dari Pasar
Kondisi penurunan IHSG ini menyajikan sinyal bagi investor untuk lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Dengan koreksi yang tajam di seluruh sektor, adanya potensi gejolak di masa depan menciptakan ketidakpastian yang tinggi. Investor disarankan untuk mengikuti berita pasar dan analisis yang mungkin mempengaruhi keputusan investasi.
Dalam rangka menyikapi pergerakan pasar yang fluktuatif ini, para investor bergantung pada data dan rekomendasi dari analis pasar. Peluang investasi tetap bisa menjadi menarik jika dikelola dengan strategi yang tepat.
Sebagai catatan tambahan, meskipun IHSG mengalami penurunan, berita ekonomi dan faktor eksternal seperti kebijakan moneter The Fed dapat mempengaruhi arah pasar ke depannya. Oleh karena itu, pemantauan yang ketat terhadap perkembangan ekonomi global juga menjadi aspek penting bagi investor di pasar modal Indonesia.
Source: www.viva.co.id





