PTBA Hadirkan Briket Tanpa Asap: Solusi Masak Murah untuk Menu MBG

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengajak masyarakat untuk mempertimbangkan briket sebagai alternatif bahan bakar murah dan ramah lingkungan untuk masak, terutama dalam konteks program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diprakarsai oleh pemerintah. Inisiatif ini diungkapkan oleh Direktur Hilirisasi dan Diversifikasi Produk PTBA, Turino Yulianto, dalam sebuah diskusi di Jakarta, pada Senin (20/10/2025). Dia menjelaskan bahwa briket, yang sebelumnya kurang populer dibandingkan gas LPG, kini telah mengalami trasformasi yang signifikan.

Menurut Turino, briket dapat menjadi pengganti gas LPG, terutama mengingat tingginya subsidi pemerintah terhadap bahan bakar gas tersebut. “Briket hari ini sudah bagus, kompornya sudah cantik, sudah tidak ada asapnya lagi. Sulfurnya sudah decarbonize, sehingga lebih bersih,” ujarnya. Transformasi ini membuat briket menjadi lebih menarik, baik dari segi estetika maupun kesehatan lingkungan.

Sebagai bagian dari program MBG, penggunaan briket dapat memberikan keuntungan ekonomi. Turino menambahkan, “MBG sangat bisa. Briket nyala dari jam satu malam sampai pagi, itu bisa lebih murah.” Hal ini menunjukkan potensi briket untuk memungkinkan memasak dalam waktu yang lebih lama dengan biaya yang lebih rendah, menjadikannya pilihan yang layak untuk program masakan berharga terjangkau.

PTBA saat ini memiliki dua fasilitas produksi briket batu bara: Pabrik Briket Tanjung Enim yang sudah beroperasi sejak 1993 dan Pabrik Briket Natar di Lampung. Melalui kedua pabrik ini, perusahaan telah mengembangkan Briket Super PTBA, yang diproses lewat karbonisasi. Proses ini meningkatkan nilai kalorinya dari sekitar 4.800–5.000 kcal/kg menjadi 5.300–5.800 kcal/kg, menjadikannya produk yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Briket ini tidak hanya menawarkan nyala bersih tanpa jelaga, tetapi juga aman digunakan karena tidak beracun dan bebas risiko ledakan. Menariknya, abu sisa pembakaran briket juga dapat dimanfaatkan kembali untuk berbagai tujuan, seperti abu gosok, bahan pupuk, atau material tambahan bangunan. Langkah ini sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular, yang mendukung keberlanjutan dalam penggunaan sumber daya.

Untuk memudahkan penggunaan briket, PTBA juga memproduksi tungku briket portabel. Dengan kapasitas produksi mencapai 10.000 ton per tahun, perusahaan berkomitmen untuk terus meningkatkan volume produksinya guna memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang.

Reaktivasi briket oleh PTBA merupakan langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada gas LPG dan meningkatkan penggunaan sumber daya bahan bakar yang lebih berkelanjutan. Turino menjerumuskan arah masa depan dengan optimisme, berkeyakinan bahwa bagi banyak industri memasak, terutama catering, briket menawarkan keuntungan lebih ketika subsidi LPG dihapus.

“Dibandingkan dengan kuota subsidi yang terbatas, briket dapatkan keberlanjutan yang lebih baik dan kesejahteraan bagi masyarakat dalam jangka panjang,” jelas Turino. Dengan data dan inovasi yang mendasari produk baru ini, PTBA berusaha membentuk paradigma baru dalam cara masyarakat memasak, sekaligus menjawab tantangan lingkungan yang kian mendesak.

Berdasarkan pengamatannya, perubahan pola penggunaan bahan bakar menuju briket akan memerlukan waktu dan edukasi, namun PTBA yakin jika semua lapisan masyarakat memahami manfaat dan potensi yang dimiliki briket, transisi ini bisa dilakukan dengan lebih cepat. Diharapkan, inisiatif ini tidak hanya memberikan solusi bagi masalah pembakaran yang ramah lingkungan, tetapi juga berkontribusi pada program pemerintah dalam menyediakan makanan bergizi yang terjangkau bagi seluruh masyarakat.

Source: www.suara.com

Berita Terkait

Back to top button