BI: Rupiah Terkendali di Tengah Ketidakpastian Global, Stabilitas Dijaga

Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS tetap terkendali di tengah ketidakpastian global yang melanda pasar keuangan. Pada tanggal 21 Oktober 2025, Rupiah tercatat sebesar Rp 16.585 per dolar AS, mengalami penguatan sebanyak 0,45% jika dibandingkan dengan akhir September 2025. Ini adalah sebuah perbaikan setelah pada bulan sebelumnya Rupiah melemah sebesar 1,05% akibat ketidakpastian yang meningkat di pasar internasional.

Menurut Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), penguatan ini tidak terlepas dari kebijakan stabilisasi yang diterapkan oleh bank sentral. BI menerapkan intervensi di pasar spot dan pasar non-deliverable forward (NDF), baik di segmen offshore maupun onshore, serta melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

“Langkah ini menunjukkan hasil positif, terlihat dari penguatan Rupiah pada Oktober 2025,” ungkap Prakoso dalam keterangan tertulisnya. Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar di tengah volatilitas global.

Selain intervensi yang dilakukan BI, ada faktor lain yang turut mempengaruhi stabilitas Rupiah, salah satunya adalah peningkatan konversi valuta asing oleh eksportir. Kebijakan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) juga berkontribusi positif terhadap penguatan Rupiah. Hal ini menunjukkan adanya langkah konkret dalam mendukung ketersediaan dollar di pasar domestik.

Ke depan, BI memprediksi bahwa nilai tukar Rupiah akan tetap stabil. Hal ini didasarkan pada sejumlah faktor, antara lain imbal hasil yang menarik, inflasi yang terkendali, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dinilai baik. BI mengonfirmasi akan terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi melalui intervensi terukur di berbagai pasar, yang mencakup sektor spot, offshore NDF, dan onshore NDF.

Pentingnya kebijakan stabilisasi ini bersifat krusial, mengingat ketidakpastian global cenderung memicu fluktuasi yang tajam pada nilai tukar mata uang. Dalam satu tahun terakhir, Rupiah telah mengalami berbagai tantangan di tengah situasi geopolitik dan ekonomi global yang tidak menentu. Kendati demikian, langkah-langkah proaktif BI menunjukkan komitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri.

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh beberapa lembaga, stabilitas nilai tukar Rupiah diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian secara keseluruhan. Investasi dan perdagangan internasional, yang sebagian besar bergantung pada nilai tukar mata uang, akan lebih menarik bagi para pelaku usaha, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

Melihat ke depan, sejumlah analis mengingatkan bahwa BI perlu tetap waspada. Munculnya potensi risiko baru, termasuk perubahan kebijakan moneter di negara-negara besar dan dampak dari kondisi perekonomian global yang tidak menentu, harus diperhitungkan dengan cermat. Oleh karena itu, koordinasi antara berbagai kebijakan ekonomi pemerintah dan BI akan sangat penting untuk keberlanjutan pertumbuhan yang stabil.

BI juga berkomitmen untuk terus mengawasi perkembangan pasar keuangan dan ekonomi global. Tindakan strategis dalam menjaga nilai tukar Rupiah akan menjadi salah satu prioritas utama untuk mendukung perekonomian Indonesia yang lebih kuat dan resilient.

Dalam konteks ini, publik pun diharapkan dapat memahami bahwa nilai tukar bukan sekadar angka, tetapi mencerminkan kondisi ekonomi yang lebih luas. Kegiatan investasi dan perdagangan yang stabil berpotensi membawa manfaat langsung bagi masyarakat dan perekonomian nasional secara keseluruhan.

Source: www.beritasatu.com

Berita Terkait

Back to top button