
E-commerce di Indonesia sedang mengalami pertumbuhan yang pesat, dengan nilai transaksi yang meningkat dari Rp 205,5 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp 487,01 triliun pada tahun 2024. Momen belanja online tahunan yang dekat seperti 10.10, 11.11, dan Harbolnas 12.12 kemungkinan akan semakin sibuk. Namun, di balik pertumbuhan ini, terdapat realitas yang kurang diketahui: lebih dari separuh pengunjung toko online saat ini bukan manusia, tetapi bot yang didukung oleh kecerdasan buatan (AI).
Bot-bot ini dapat berperilaku sangat mirip dengan manusia, termasuk cara menggerakkan mouse, sehingga sulit untuk membedakan mereka dari konsumen yang sesungguhnya. AI tidak hanya digunakan untuk menyarankan produk, tetapi juga dapat menciptakan akun palsu dan ulasan yang menyesatkan, merusak integritas transaksi di platform e-commerce. Dengan kondisi ini, muncul kebutuhan mendesak akan metode baru untuk menegakkan keaslian pengguna yang dikenal dengan sebutan Proof of Human.
Proof of Human dalam E-commerce
Metode Proof of Human bertujuan untuk memverifikasi bahwa pengguna online adalah manusia asli, bukan sekadar bot. Konsep ini berakar dari teori matematikawan Alan Turing yang memperkenalkan "imitation game" untuk mengukur kecerdasan mesin. Dalam aplikasi e-commerce, sistem ini dapat melindungi platform dari foto palsu dan informasi yang menyesatkan.
Keunggulan metode ini adalah bahwa ia hanya memverifikasi satu orang untuk satu akun, berbeda dengan sistem verifikasi tradisional yang bisa menyimpan informasi pribadi dan berpotensi dieksploitasi. Dengan menerapkan Proof of Human, risiko penipuan dapat berkurang secara signifikan. Misalnya:
- Mengurangi kerugian akibat penipuan dengan menghalau aktivitas bot.
- Memastikan rilis barang edisi terbatas hanya diterima oleh pembeli asli.
- Memperbaiki integritas ulasan dengan memastikan bahwa feedback berasal dari pelanggan yang nyata.
- Melindungi promosi agar hanya dapat diakses oleh manusia, bukan bot.
Membangun Kepercayaan di Era AI
Integrasi Proof of Human ke dalam platform e-commerce merupakan langkah penting dalam membangun kepercayaan digital. Pedagang kini dapat memanfaatkan kecanggihan AI sembari melindungi diri dari implikasi negatif yang mungkin ditimbulkan oleh teknologi ini. Hal ini mengarah pada kontrak sosial baru untuk perdagangan digital, di mana bisnis dapat yakin mereka melayani pelanggan yang benar-benar menghargai produk.
Melalui teknologi ini, konsumen juga mendapatkan perlindungan privasi sambil tetap memiliki akses yang adil terhadap barang dan layanan yang diinginkan. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada potensi yang besar dari AI, masih ada risiko yang perlu dikelola. Teknologi Proof of Human menciptakan ruang untuk inovasi tanpa menghilangkan sentuhan manusia yang penting dalam dunia bisnis.
Pedagang yang memahami pentingnya bukti keaslian manusia akan lebih mampu bertahan di era AI ini. Dengan meningkatnya kecerdasan bot yang membuat sulit untuk membedakan antara manusia dan mesin, metode verifikasi ini memberikan solusi untuk menjaga transistor tetap manusiawi. Di tengah tantangan e-commerce yang semakin kompleks, menjaga keaslian pengguna adalah kunci untuk perdagangan digital yang berkelanjutan dan sukses di masa depan.
Dengan pendekatan ini, diharapkan bahwa industri e-commerce akan mampu melanjutkan pertumbuhan sambil membangun loyalitas dan kepercayaan pelanggan dalam lingkungan yang semakin didominasi oleh teknologi.
Source: economy.okezone.com





