Harga Minyak Dunia Turun 2 Persen Sore Hari Ini, 28 Oktober 2025

Harga minyak dunia mengalami penurunan signifikan pada sore hari ini, 28 Oktober 2025, dengan penurunan mencapai 2 persen. Ini menandai hari ketiga berturut-turut harga minyak merosot. Menurut data dari Reuters, harga kontrak berjangka Brent mengalami penurunan sebesar US$ 1,29, menetap di angka US$ 64,33 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) juga tercatat turun US$ 1,20 menjadi US$ 60,11 per barel.

Penurunan harga ini terjadi di tengah ketidakpastian mengenai pembicaraan dagang antara Amerika Serikat dan China. Sejumlah trader mengungkapkan bahwa mereka sedang mempertimbangkan perkembangan tersebut serta prospek pasokan minyak secara global. “Para trader sedang menimbang perkembangan pembicaraan dagang AS-China dan prospek pasokan minyak secara global,” ungkap Bank ANZ dalam catatannya.

Harga minyak sempat mencatatkan kenaikan mingguan terbesar sejak Juni 2025, dipicu oleh keputusan Presiden AS Donald Trump yang menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Sanksi tersebut dialamatkan kepada perusahaan minyak besar Rusia, Lukoil dan Rosneft. Kini, investor memperhatikan seberapa efektif dampak sanksi terhadap ekspor minyak dari Rusia. Giovanni Staunovo, analis dari UBS, menegaskan bahwa pasar minyak tengah memperdebatkan potensi dampak sanksi ini terhadap aliran minyak dari Rusia.

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA), Fatih Birol, menyatakan bahwa efek sanksi terhadap negara-negara pengekspor minyak kemungkinan tidak akan signifikan. Hal ini disebabkan oleh kapasitas cadangan yang masih tersedia serta mekanisme pasar yang cukup fleksibel.

OPEC+ juga menjadi perhatian, mengingat kelompok produsen ini mempertimbangkan langkah untuk meningkatkan produksi moderat pada bulan Desember 2025. Setelah beberapa tahun membatasi produksi demi menjaga stabilitas harga, langkah ini menunjukkan perubahan strategi setelah memperlonggar pemotongan produksi sejak April 2025. Perubahan kebijakan ini mungkin berkaitan dengan kebutuhan untuk mengatur kembali pasokan dalam menghadapi fluktuasi permintaan global.

Tidak bisa dipungkiri, kesepakatan dagang yang mungkin tercapai antara AS dan China menjadi faktor penting lainnya yang mempengaruhi pasar minyak. Pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping dalam waktu dekat diperkirakan akan membahas prospek ekonomi antara kedua negara, yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia. Harapan akan tercapainya kesepakatan ini dapat meningkatkan permintaan global untuk minyak, sehingga trader terus memantau setiap perkembangan yang terjadi.

Melihat dinamika ini, persaingan dan ketidakpastian global tetap menjadi tantangan bagi pasar minyak. Para trader dan analis berkomentar bahwa meskipun penurunan harga saat ini adalah isu jangka pendek, kestabilan harga jangka panjang masih sangat bergantung pada situasi makroekonomi yang lebih luas, termasuk hubungan perdagangan dan kebijakan energi dari negara-negara penghasil minyak.

Sebagai catatan, meskipun harga minyak menurun, isu-isu teknis dan geopolitik yang kompleks dapat dengan cepat mengubah tren pasar. Hal ini membuktikan bahwa dinamika pasar energi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal tetapi juga oleh geopolitik dan kebijakan global yang sedang berlangsung.

Dalam konteks yang lebih luas, penurunan harga minyak hari ini dapat memberikan dampak beragam, baik bagi konsumen yang mungkin mendapat keuntungan dari harga bahan bakar yang lebih murah, maupun bagi negara-negara penghasil minyak yang bergantung pada pendapatan dari ekspor minyak. Para analis menunjukkan bahwa pendekatan hati-hati diperlukan dalam menganalisis setiap langkah dan perkembangan ke depan dalam pasar energi global.

Source: www.beritasatu.com

Berita Terkait

Back to top button