Inflasi Australia Melonjak Tajam Kuartal III-2025, Bank Sentral Memberi Peringatan!

Inflasi Australia mengalami lonjakan signifikan pada kuartal III-2025, meningkat sebesar 3,2 persen, menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Australia pada Rabu, 29 Oktober 2025. Ini merupakan laju inflasi tercepat yang tercatat dalam lebih dari satu tahun terakhir, melampaui ekspektasi yang sebesar 3 persen dan jauh di atas angka inflasi tercatat pada kuartal sebelumnya, yang hanya 2,1 persen.

Kenaikan inflasi ini turut mempengaruhi berbagai sektor, dengan laju inflasi inti yang juga meningkat dari 2,7 persen menjadi 3,0 persen secara tahunan. Penarikan perhatian media lokal menunjukkan bahwa sektor perumahan, pariwisata, termasuk rekreasi dan budaya, serta transportasi mengalami kenaikan harga yang paling signifikan. Meningkatnya biaya pada sektor-sektor ini menjadi tantangan bagi para pembuat kebijakan yang berusaha mengendalikan tekanan harga yang terus-menerus.

Inflasi 3,2 persen ini merupakan yang pertama kali melampaui kisaran target yang ditetapkan oleh Bank Sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) sejak kuartal II-2024, di mana RBA menargetkan inflasi berada di angka 2 hingga 3 persen. Gubernur RBA, Michelle Bullock, mencatat bahwa inflasi di beberapa sektor lebih tinggi dari yang diperkirakan, membuktikan bahwa tantangan dalam mengendalikan inflasi masih menjadi pekerjaan rumah bagi bank sentral.

RBA sebelumnya telah mengeluarkan peringatan dalam Pernyataan Kebijakan Moneternya pada September 2025 mengenai kemungkinan lonjakan inflasi pada kuartal ini. Mereka mengindikasikan bahwa harga tinggi pada perumahan dan jasa pasar menjadi faktor pemicu utama. Hal ini mencerminkan adanya tantangan dalam memperkirakan arah inflasi yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda ‘membandel.’

Meski inflasi menunjukkan lonjakan, RBA tetap mempertahankan suku bunga acuannya untuk menghindari dampak yang lebih serius pada perekonomian. Sebelum rilis data inflasi ini, RBA telah memperkirakan inflasi inti akan menurun menuju titik tengah kisaran 2-3 persen, dengan asumsi suku bunga tetap mengikuti jalur pelonggaran bertahap.

Setelah pengumuman inflasi, pasar bereaksi dengan cepat. Indeks acuan Australia, S&P/ASX 200, menyebabkan penurunan sebesar 0,76 persen, sementara dolar Australia sedikit menguat sebesar 0,21 persen menjadi 0,6596 per dolar AS. Ini mencerminkan ketidakpastian yang masih menyelimuti pasar mengenai prospek ekonomi nasional.

Peningkatan inflasi ini menimbulkan pertanyaan lebih luas mengenai daya beli masyarakat dan dampaknya terhadap kegiatan ekonomi. Kenaikan harga yang berkelanjutan pada kebutuhan dasar dapat mengurangi daya beli dan mempengaruhi pengeluaran konsumen. Dalam konteks ini, keterlibatan pemerintah daerah terutama di wilayah-wilayah dengan inflasi di atas rata-rata nasional juga menjadi sangat penting untuk mengendalikan harga komoditas dan menjaga keseimbangan konsumen.

Pakar ekonomi berharap langkah-langkah preventif dari RBA dan pemerintah daerah dapat membantu menstabilkan inflasi di masa mendatang. Namun, tantangan besar bagi RBA adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga di tengah ketidakpastian global yang terus berkembang.

Dengan latar belakang ini, fokus pada pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi menjadi lebih relevan daripada sebelumnya. Kenaikan inflasi yang tajam kemungkinan akan membawa dampak jangka panjang jika tidak segera diatasi, sehingga memerlukan perhatian dan tindakan yang serius dari pihak berwenang.

Berita Terkait

Back to top button