PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) mengumumkan langkah strategis dalam mengoptimalkan transformasi korporasi melalui inisiatif strategic holding dan penataan portofolio bisnis. Langkah ini diambil sebagai upaya mendukung agenda transformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diamanatkan oleh pemerintah untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing dalam menghadapi tantangan global.
Di tengah arus perubahan yang cepat dalam ekosistem bisnis, Telkom berencana melakukan pemangkasan jumlah anak usaha dan memfokuskan operasinya pada domain yang mendukung empat pilar transformasi Telkom 2030. Hal ini sejalan dengan aspirasi streamlining yang diinstruksikan oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, yang menargetkan pengurangan jumlah BUMN dari 1.000 menjadi sekitar 200-240. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi, profitabilitas, dan daya saing global perusahaan-perusahaan tersebut.
Direktur Strategic Business Development & Portfolio Telkom, Seno Soemadji, menekankan bahwa penataan portofolio bisnis akan memfokuskan Telkom untuk menjadi perusahaan yang lebih ramping dan efisien. “Dengan organisasi yang lebih lean, setiap anak perusahaan diharapkan memberikan kontribusi yang optimal bagi TelkomGroup,” ujarnya saat Forum Group Discussion: Streamlining Anak Usaha di Bandung. Ini adalah langkah penting menuju penciptaan nilai dalam rangka mendorong pertumbuhan bisnis berkelanjutan.
Strategi ini tidak sekadar soal efisiensi; komprehensif dengan evaluasi menyeluruh terhadap portofolio anak perusahaan. Rencana ini didasarkan pada kajian subsidiary streamlining yang disusun oleh konsultan bisnis independen. Beberapa opsi akan dipertimbangkan, termasuk cut loss, write off atas shareholder loan, maupun pembubaran anak usaha yang dianggap tidak lagi strategis. Keputusan-keputusan ini diharapkan dapat menghindarkan perusahaan dari kerugian lebih jauh dan menjaga keberlangsungan bisnis.
Sebagai bagian dari proses ini, Telkom menegaskan pentingnya tata kelola yang baik. Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) RI, Dr. Muhammad Yusuf Ateh, memberikan pandangannya tentang risiko bisnis yang wajar. Ia menjelaskan bahwa keputusan bisnis yang diambil berdasarkan itikad baik dan tanpa adanya unsur kesengajaan untuk merugikan adalah bagian dari risiko yang dapat diterima oleh perusahaan.
Dukungan dari berbagai pemangku kepentingan juga diakui sebagai elemen penting dalam keberhasilan transformasi ini. Hal ini terlihat dalam sinergi Telkom dengan BPKP, Danantara, dan berbagai institusi lainnya untuk membangun model tata kelola BUMN yang lebih baik. Dalam situasi ini, proses streamlining menjadi bagian integral dari strategi jangka panjang Telkom untuk mendapatkan kembali kepercayaan publik dan mewujudkan amanat negara.
Melalui inisiatif ini, Telkom berkomitmen untuk terus menjalankan peran strategis dalam transformasi digital Indonesia. Dalam jangka panjang, keberhasilan restrukturisasi diharapkan tidak hanya memberikan dampak positif bagi Telkom, tetapi juga bagi perekonomian nasional secara keseluruhan.
Sebagai catatan tambahan, kegiatan ini juga dilaksanakan atas arahan untuk memastikan bahwa semua prosedur yang dijalankan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Inisiatif ini sejalan dengan komitmen Telkom untuk menjadi perusahaan yang lebih gesit, efisien, dan berkelanjutan dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berubah.
Dalam menjalankan misi ini, Telkom terus berupaya memberi nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan dan masyarakat luas. Keberhasilan transformasi ini diharapkan mampu mendukung perekonomian digital Indonesia yang lebih maju dan berdaya saing global.





