IHSG Sesi I Melesat 1,16% Pasca Rilis Data Inflasi dan Surplus Neraca Dagang

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama perdagangan hari ini mengalami lonjakan signifikan, melonjak sebesar 1,16% atau 94,95 poin, dan berada di level 8.258,83. Kenaikan ini terjadi setelah pengumuman data inflasi dan neraca perdagangan pada Oktober 2025 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

BPS mencatat bahwa inflasi bulanan untuk bulan Oktober berada di angka 0,28%, sedangkan neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar USD4,34 miliar pada bulan September 2025. Data positif ini mendukung optimisme pasar dan mendorong banyak investor untuk bertransaksi di bursa saham.

Kinerja Bursa dan Aktivitas Perdagangan

Nilai transaksi saham pada bursa mencapai Rp9,10 triliun, dengan total volume perdagangan sebanyak 13,37 miliar saham dalam 1,27 juta kali transaksi. Jumlah saham yang menguat hari ini mencapai 355, sementara 309 saham mengalami penurunan, dan 291 saham lainnya stagnan. Kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp15.011 triliun, menunjukkan kinerja positif di tengah arus capital masuk.

Sektor-sektor yang menjadi pendorong utama kenaikan IHSG antara lain sektor barang konsumer siklikal yang naik 2,08%, diikuti oleh infrastruktur yang meningkat 1,82% dan sektor energi yang menguat sebesar 1,16%. Namun, sektor properti dan industri non-siklikal menjadi pemberat bagi bursa dengan koreksi masing-masing 2,70% dan 0,19%.

Saham-Saham Teratas dan Pendorong Kenaikan

Pada indeks LQ45, terdapat sejumlah saham yang menjadi pemenang hari ini. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menjadi saham teratas dengan kenaikan 5,22%, menjadi Rp3.630 per lembar. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) juga mengalami penguatan yang signifikan dengan naik 4,36% ke level Rp3.350, sedangkan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) naik sebesar 3,88% ke posisi Rp1.340.

Di sisi lain, beberapa saham yang mengalami penurunan adalah PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) yang terkoreksi 3,60% ke Rp1.205, diikuti oleh PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dengan penurunan sebesar 2,49% ke Rp1.960, dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang mengalami penurunan 2,11% menjadi Rp4.650.

Faktor Pendukung dan Dampak Jangka Pendek

Kenaikan IHSG dipandang sebagai hasil dari sentimen positif yang muncul setelah data inflasi dan neraca perdagangan yang lebih baik dari yang diprediksikan. Analis mengatakan bahwa data ini menunjang ekspektasi investor terhadap pemulihan ekonomi Indonesia. Selain itu, penguatan di sektor energi dan infrastruktur diharapkan dapat mendorong pertumbuhan lebih lanjut di bursa saham.

Dengan lonjakan IHSG di sesi pertama, pelaku pasar diperkirakan akan tetap optimis hingga sesi perdagangan selanjutnya. Namun, analisis lebih lanjut diperlukan untuk mengantisipasi potensi gejolak di pasar akibat faktor-faktor eksternal dan perubahan data ekonomi ke depannya.

Kondisi ini menandakan bahwa pasar saham Indonesia tetap resilien meskipun terdapat berbagai tantangan global. Sejumlah pelaku pasar berpendapat bahwa pertumbuhan yang berkelanjutan dapat tercapai jika investor tetap mempertimbangkan fundamental ekonomi dalam mengambil keputusan investasi.

Perkembangan ini tentunya perlu dipantau dengan saksama, terutama terhadap data-data ekonomi mendatang yang akan dirilis dan dampaknya terhadap pasar saham Indonesia secara keseluruhan.

Baca selengkapnya di: economy.okezone.com

Berita Terkait

Back to top button