Industri restoran global, termasuk Pizza Hut, kini menghadapi tantangan yang cukup berat. Penurunan penjualan yang signifikan memicu spekulasi tentang kemungkinan penjualan seluruh bisnis Pizza Hut oleh Yum! Brands.
Dikenal sebagai salah satu jaringan pizza terbesar di dunia, Pizza Hut didirikan pada 1958. Dalam catatan sejarahnya, restoran ini kemudian berkembang pesat dan menjadi bagian dari PepsiCo pada 1977. Saat ini, Pizza Hut memiliki hampir 20.000 lokasi di lebih dari 100 negara. Namun, perubahan perilaku konsumen dan tekanan inflasi telah mengurangi pengeluaran untuk makanan di luar rumah.
Kondisi perekonomian saat ini memperburuk situasi. Inflasi meningkat menjadi 3 persen pada September 2025, berbanding dengan 2,3 persen pada April. Hal ini berujung pada penurunan laba operasional. Pada kuartal ketiga 2025, penjualan dan laba operasional Pizza Hut masing-masing mengalami penurunan 1 persen dan 8 persen.
Data menunjukkan bahwa di AS, jumlah pengangguran meningkat, menambah keprihatinan terhadap daya beli konsumen. Dalam sembilan bulan pertama 2025, lebih dari satu juta orang kehilangan pekerjaan. Ini menciptakan dampak negatif lebih lanjut pada sektor restoran.
Di Inggris, beberapa franchise Pizza Hut juga terpaksa mengajukan kebangkrutan. Di Turki, semua 537 outlet terpaksa ditutup setelah kontrak waralaba dibatalkan. Hal ini mengindikasikan adanya masalah operasional yang serius di beberapa lokasi. Meskipun Yum! Brands mengambil langkah untuk membeli 64 lokasi demi menjaga operasional, tetap saja beberapa lokasi harus ditutup.
“Prioritas kami adalah melindungi pekerja dan memastikan pengalaman pelanggan yang memuaskan,” kata Nicolas Burquier, Managing Director Pizza Hut Eropa dan Kanada. Ini menunjukkan betapa sulitnya menjaga keberlanjutan bisnis dalam iklim ekonomi yang sulit.
Yum! Brands kini melakukan peninjauan strategis untuk mengatasi masalah yang dihadapi Pizza Hut. CEO baru, Chris Turner, menyatakan perlunya tindakan segera untuk mengembalikan nilai merek. Fokus tetap pada KFC dan Taco Bell, yang menyumbang hampir 90 persen laba operasional perusahaan.
Dengan situasi yang terus berubah, langkah-langkah pragmatis diperlukan agar Pizza Hut bisa bertahan. Beberapa analis mencatat pentingnya inovasi dan adaptasi terhadap tren pasar yang dinamis. Penting bagi perusahaan untuk memahami kebutuhan konsumen yang semakin cenderung ke pizzerias gourmet dan pilihan yang lebih sehat.
Laporan mendalam mengenai penjualan menunjukkan bahwa Pizza Hut kini tidak hanya berjuang melawan angka-angka buruk, tetapi juga harus bersaing di pasar yang berubah sangat cepat. Sebagai salah satu merek terkenal, Pizza Hut harus kembali ke akarnya dan menawarkan kualitas serta pengalaman yang relevan.
Kemungkinan penjualan bisnis Pizza Hut menunjukkan betapa seriusnya keputusan yang harus diambil Yum! Brands. Meskipun demikian, langkah-langkah untuk lebih fokus pada merek yang lebih menguntungkan tentu menjadi prioritas. Ke depannya, perusahaan akan dihadapkan pada pilihan sulit untuk memilih cara terbaik bagi kelangsungan bisnisnya dan dampak kepada pegawai serta konsumen.
Industri makanan cepat saji menghadapi era yang penuh tantangan. Konsumen semakin cerdas dan beragam dalam memilih makanan. Pizza Hut perlu mengubah strategi tanpa kehilangan identitas yang telah dibangun selama ini. Seiring waktu, peluang untuk bangkit kembali masih ada, asalkan perusahaan mampu beradaptasi dengan cepat.





