Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) telah mengambil alih pengelolaan operasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Whoosh. Keputusan ini merupakan bagian dari upaya restrukturisasi yang dilakukan pemerintah untuk menjamin keberlanjutan proyek transportasi yang vital tersebut.
Chief Operating Officer BPI Danantara, Dony Oskaria, menjelaskan bahwa arahan ini datang langsung dari Presiden Prabowo Subianto. “Untuk operasional tentu akan menjadi tanggung jawab Danantara,” ungkap Dony dalam sebuah pernyataan resmi. Dia menekankan bahwa proyek ini tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat, tetapi juga perekonomian nasional secara keseluruhan.
Namun, proyek ini tidak tanpa tantangan. Saat ini, Whoosh menghadapi masalah pembiayaan dan utang yang menggunung. Dony menyatakan, isu restrukturisasi ini sudah disampaikan oleh Presiden dan melibatkan baik pemerintah maupun Danantara. Pemerintah akan fokus pada aspek infrastruktur, sementara Danantara akan menangani pengelolaan operasional kereta cepat ini.
Pembagian Peran yang Jelas
Dalam restrukturisasi ini, Danantara dan pemerintah telah sepakat untuk berbagi peran. Dony mengungkapkan, “Ini adalah solusi terbaik untuk menjamin operasional Whoosh, dengan masing-masing pihak menjalankan fungsi sesuai tanggung jawab.” Hal ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional kereta dan, pada gilirannya, menarik lebih banyak penumpang.
Menteri Investasi sekaligus CEO BPI Danantara, Rosan Roeslani, menambahkan bahwa pemerintah juga akan berkontribusi dalam pembiayaan operasional Whoosh. Skema Public Service Obligation (PSO) akan digunakan untuk menanggung sebagian beban biaya melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). “Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam transportasi massa, termasuk prasarana dan biaya operasional,” ujarnya.
Manfaat bagi Masyarakat
Kereta Cepat Whoosh diharapkan dapat memberikan manfaat signifikan bagi mobilitas masyarakat. Dengan efisiensi yang lebih baik, layanan dapat ditingkatkan dan lebih banyak penumpang dapat dilayani. Dony optimis bahwa pembagian tanggung jawab yang jelas antara pemerintah dan Danantara mampu menghasilkan kinerja operasional yang optimal.
Pemerintah telah melakukan koordinasi untuk mengimplementasikan skema PSO. “Ini adalah langkah yang sangat penting untuk memastikan kelangsungan proyek tanpa mengorbankan kualitas layanan,” kata Rosan Roeslani ketika mengumumkan langkah-langkah yang akan diambil.
Strategi dan Harapan Ke Depan
Salah satu harapan dari pengalihan pengelolaan ini adalah agar Whoosh menjadi lebih menarik bagi pengguna. Ketersediaan layanan yang lebih baik dan mudah diakses diharapkan akan mendukung pertumbuhan ekonomi di sekitar wilayah yang dilalui kereta. Dony menekankan bahwa proyek ini harus mendapat perhatian serius agar membawa dampak positif yang signifikan.
Dengan segala tantangan yang ada, langkah ini juga diharapkan mampu memberikan solusi jangka panjang. Hal ini termasuk menangani utang dan masalah operasional lainnya secara lebih efektif. Keterlibatan Danantara sebagai pengelola diharapkan dapat membawa pengalaman dan inovasi dalam operasional kereta cepat tersebut.
Melalui langkah-langkah restrukturisasi ini, baik pemerintah maupun Danantara berkomitmen untuk mewujudkan proyek Whoosh yang bukan hanya efisien, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat. Kereta cepat ini bertujuan untuk mendukung mobilitas yang lebih baik, dan pada saat yang sama, memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional. Inisiatif ambisius ini diharapkan membawa hasil yang signifikan di masa mendatang.
Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com




