Mattel PHK Karyawan Lagi: Usaha Penghematan Capai Rp3,3 Triliun, Apa Dampaknya?

Mattel, perusahaan yang dikenal dengan merek-merek ikonik seperti Barbie dan Hot Wheels, kembali mengambil langkah sulit dengan memutuskan hubungan kerja (PHK) terhadap 89 karyawan di markasnya di El Segundo, California. Keputusan ini merupakan bagian dari restrukturisasi tim global brand perusahaan yang bertujuan untuk mengoptimalkan strategi manajemen merek.

Pemberitahuan resmi mengenai PHK ini diajukan ke Departemen Pengembangan Tenaga Kerja setempat pada 13 November 2025. Proses pemutusan kerja direncanakan akan mulai berlaku pada 12 Januari 2026. Karen Ancira, Wakil Presiden Eksekutif dan Chief People Officer Mattel, menyatakan bahwa keputusan PHK ini tidak diambil dengan mudah. Ia menekankan bahwa kontribusi semua karyawan selama ini sangat dihargai.

Langkah PHK ini terjadi dalam kerangka program pemotongan biaya yang telah dimulai sejak tahun lalu. Mattel menargetkan untuk mencapai penghematan hingga US$200 juta, yang setara dengan sekitar Rp3,34 triliun, pada akhir tahun 2026. Hal ini juga merupakan respon terhadap dampak dari tarif impor global yang berlaku.

Seorang juru bicara perusahaan menjelaskan bahwa PHK ini berfokus pada tim global brand, terutama menyusul pengumuman mengenai perubahan kepemimpinan baru dalam organisasi brand. Perubahan ini bertujuan untuk mengintegrasikan pemasaran dengan lebih baik, sehingga Mattel dapat memanfaatkan sumber daya dan kemampuan yang ada secara optimal.

Strategi Manajemen Baru

Restrukturisasi ini sejalan dengan langkah yang diambil oleh Mattel pada September 2025. Pada saat itu, perusahaan mengumumkan pembentukan tim kepemimpinan baru untuk mempercepat pertumbuhan di sektor hiburan. Beberapa posisi baru yang diisi meliputi kepala global untuk kategori boneka, kendaraan, dan produk konstruksi.

Roberto Stanichi, veteran di Mattel dengan pengalaman 20 tahun, telah dipromosikan menjadi Wakil Presiden Eksekutif sekaligus Chief Global Brand Officer. Stanichi bertanggung jawab untuk memimpin organisasi baru ini dalam menerapkan strategi manajemen merek yang lebih terintegrasi.

Dalam PHK terbaru ini, beberapa posisi yang terpengaruh yaitu brand marketing, desain, dan pengembangan produk. Posisi lain yang juga terkena dampak adalah manajer tingkat senior dan wakil presiden.

Sebelumnya, pada Maret 2025, Mattel juga telah melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 120 karyawan dari berbagai divisi, termasuk pemasaran, desain, dan teknologi informasi. Keputusan ini menunjukkan bahwa perusahaan tengah berupaya menyesuaikan diri dengan kondisi pasar yang terus berubah dan persaingan yang semakin ketat.

Dampak dan Respons Karyawan

Keputusan PHK ini telah menimbulkan kesedihan di kalangan karyawan yang terkena dampak. Meski pengumuman resmi menyatakan bahwa perusahaan menghargai jasa para karyawan, tetap saja perubahan struktural ini menimbulkan ketidakpastian di kalangan tenaga kerja.

Menurut data yang ada, kebijakan pemutusan hubungan kerja ini akan mempengaruhi banyak posisi strategis, yang dapat berdampak langsung terhadap operasional dan kreativitas produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, keberlanjutan dan pertumbuhan Mattel di masa depan sangat bergantung pada keberhasilan dalam menerapkan restrukturisasi ini.

Keberhasilan manajemen baru dan strategi yang sudah diterapkan akan sangat menentukan arah perusahaan dalam jangka panjang. Meskipun terdapat tantangan dalam fase transisi ini, para pemimpin di Mattel berharap langkah-langkah tersebut akan membawa perusahaan menuju pertumbuhan yang lebih solid dan berkelanjutan.

Namun, situasi saat ini adalah pengingat akan dinamika industri mainan yang terus berubah dan menuntut inovasi serta efisiensi yang lebih besar. Mattel, dengan sejarah panjangnya dalam industri ini, harus bisa beradaptasi untuk tetap relevan dan kompetitif di pasar yang semakin kompetitif.

Berita Terkait

Back to top button