Electricity Connect 2025: PLN Tingkatkan Ketahanan Energi untuk Dukung Pertumbuhan Ekonomi

PT PLN (Persero) menegaskan komitmennya untuk memperkuat ketahanan energi di Electricity Connect 2025. Ketahanan energi dianggap sebagai kunci untuk mendorong hilirisasi industri dan memperkuat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Dalam sesi pleno di Jakarta, pemimpin dan ahli membahas tantangan serta peluang energi di masa depan.

Ketahanan energi menjadi fondasi utama bagi pertumbuhan ekonomi. Dato’ Ir. Ts. Razib Dawood dari ASEAN Centre for Energy (ACE) menyampaikan bahwa permintaan energi di kawasan diproyeksikan tumbuh hampir tiga kali lipat pada 2050. Transformasi sistem energi, dari infrastruktur hingga penggunaan energi bersih, menjadi hal yang sangat penting untuk menjamin keandalan dan ketahanan.

“Lonjakan permintaan ini menuntut transformasi sistem energi yang komprehensif,” ungkap Razib. Ia juga menyoroti pentingnya ASEAN Power Grid. Upaya interkoneksi listrik di Asia Tenggara dianggap strategis di tengah dinamika geopolitik dan geoekonomi.

Direktur Manajemen Pembangkitan PLN, Rizal Calvary Marimbo, menyatakan penguatan ekonomi nasional harus didukung oleh ketahanan energi yang kuat. “Ketersediaan listrik yang cukup akan menentukan pertumbuhan ekonomi kita ke depan,” katanya. Ia menegaskan bahwa jika kapasitas listrik tidak memadai, dampaknya akan besar bagi perekonomian.

Selaras dengan arahan pemerintah, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 menargetkan penambahan kapasitas sebesar 69,5 gigawatt dalam sepuluh tahun mendatang. Sekitar 76 persen kapasitas baru akan diperoleh dari energi baru terbarukan (EBT) dan sistem penyimpanan energi. Ini menunjukkan komitmen untuk transisi menuju sumber energi lebih bersih.

“Roadmap RUPTL adalah sinyal kuat bagi investor,” ujar Rizal. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia menyiapkan fondasi energi yang solid dan rendah emisi. Selain itu, pembentukan jaringan transmisi sepanjang 47.758 kilometer sirkuit dan gardu induk dengan kapasitas total 107.950 megavolt ampere juga menjadi fokus utama.

“Perluasan jaringan transmisi yang modern sangat penting,” lanjut Rizal. Dengan sistem yang lebih baik, setiap tambahan kapasitas pembangkit dapat disalurkan dengan lebih efektif. Implementasi RUPTL dalam jangka waktu tersebut diharapkan menciptakan lebih dari 1,7 juta lapangan kerja baru.

Hal ini menegaskan bahwa infrastruktur kelistrikan memiliki peran kunci dalam transformasi ekonomi dan energi. “Sinergi antara semua pemangku kepentingan adalah kunci untuk menuju sistem energi yang berkelanjutan,” imbuh Rizal.

Dalam konteks global, tantangan di sektor energi semakin kompleks. Negara-negara harus bersiap menghadapi krisis energi yang berpotensi terjadi akibat berbagai faktor. PLN berkomitmen untuk beradaptasi dengan perubahan ini untuk memastikan keberlanjutan pasokan listrik.

Kepemimpinan PLN dalam proyek energi baru dan terbarukan akan membantu mendukung pencapaian target nasional. Transformasi sistem energi tidak hanya wajib untuk memenuhi kebutuhan saat ini. Namun juga untuk mengantisipasi lonjakan permintaan di masa depan.

Pemerintah Indonesia berupaya memastikan bahwa ketersediaan energi tidak hanya mencukupi kebutuhan lokal. Dengan interkoneksi kawasan, ASEAN berpotensi meningkatkan kerjasama dalam pengelolaan energi.

Investasi dalam energi terbarukan dan infrastruktur kelistrikan diharapkan lebih meningkat. Hal ini juga akan menarik minat investor asing untuk berpartisipasi dalam pengembangan proyek energi.

Kedepannya, PLN akan terus berinovasi dan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan. Ketahanan energi yang kuat menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia. Transformasi ini diharapkan bisa menciptakan Indonesia yang lebih mandiri dalam hal energi.

Baca selengkapnya di: www.medcom.id

Berita Terkait

Back to top button