Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa baru-baru ini mengungkapkan bahwa perlambatan ekonomi Indonesia hingga Agustus 2025 disebabkan oleh kesalahan pengelolaan di dalam negeri. Melalui rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Purbaya menyatakan bahwa dampak negatif yang menyebabkan pertumbuhan melambat bukan hanya faktor global. “Kondisi ini diperparah oleh salah urus yang sebelumnya terjadi,” ungkapnya.
Di kuartal III-2025, ekonomi Indonesia baru berhasil tumbuh 5,04 persen secara year-on-year. Pertumbuhan ini didukung oleh permintaan domestik yang meningkat, kinerja ekspor yang positif, serta belanja pemerintah yang mulai membaik setelah mengalami kontraksi pada dua kuartal sebelumnya. Konsumsi pemerintah melesat 5,49 persen di kuartal ketiga, dipicu oleh percepatan belanja yang didorong pemerintah.
Purbaya menjelaskan, belanja pemerintah lambat pada kuartal I dan II-2025, yang masing-masing mencatat pertumbuhan negatif 1,37 persen dan minus 0,33 persen. Dia menekankan, “Keterlambatan belanja pemerintah menjadi faktor signifikan yang menghambat pertumbuhan ekonomi.” Fokus akan diarahkan untuk mempercepat belanja pemerintah pada tahun depan, sebagai bagian dari strategi pemulihan ekonomi.
Surplus neraca perdagangan Indonesia hingga September 2025 masih terjaga, dengan total mencapai US$33,48 miliar. Ini menunjukkan ketahanan ekonomi yang baik meskipun ada tantangan dari gejolak perekonomian global. Purbaya mencatat, surplus bulanan tercatat sebesar US$4,34 miliar, menjadikannya 65 bulan berturut-turut. Hal ini mencerminkan optimisme bahwa ekspor Indonesia masih dalam tren positif.
Purbaya optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,6-5,7 persen di kuartal IV-2025. Prakiraan ini didukung oleh langkah-langkah perbaikan yang sedang dilakukan pemerintah, seperti penempatan dana di bank dan berbagai stimulus lainnya. Dia menjelaskan, “Dengan semua upaya ini, kami berharap pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2025 dapat mencapai 5,2 persen.”
Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi, perhatian pemerintah terhadap perbaikan anggaran dan pengelolaan ekonomi menjadi sangat krusial. Purbaya menegaskan bahwa pemulihan ekonomi ini tidak hanya bertumpu pada faktor eksternal, tapi juga dari pengelolaan yang lebih baik di dalam negeri. Hal ini menciptakan harapan bahwa perlambatan yang terjadi di awal tahun tidak akan bertahan.
Data dan fakta yang dipaparkan Purbaya menunjukkan realitas ekonomi Indonesia secara objektif. Ini mengisyaratkan bahwa perbaikan di sektor domestik harus menjadi prioritas utama. Jika langkah-langkah tersebut diimplementasikan dengan baik, masa depan ekonomi Indonesia bisa lebih cerah dan stabil.
Dengan situasi yang lebih baik di kuartal ketiga dan optimisme yang tinggi menjelang akhir tahun, harapan untuk pemulihan ekonomi tampak semakin kuat. Purbaya menekankan pentingnya cita-cita untuk mengembalikan momentum pertumbuhan yang sebelumnya terhambat. Keputusan politik dan ekonomi yang cermat akan menjadi kunci dalam mengembalikan kepercayaan dan pertumbuhan di tahun-tahun mendatang.





