Analis Berprediksi Bitcoin Bisa Anjlok ke Rp620 Juta: Apa yang Harus Diketahui Investor?

Pergerakan harga Bitcoin kembali menjadi sorotan pelaku pasar crypto. Setelah berjuang di level psikologis US$90.000, Bitcoin kini menghadapi tekanan tren bearish yang berlanjut. Kekhawatiran ini mengindikasikan bahwa fase koreksi belum sepenuhnya usai, mendorong analis untuk memberikan proyeksi lebih lanjut mengenai pergerakan harga Bitcoin.

Menurut analis kripto Ali Martinez, Bitcoin diperkirakan akan mengalami penurunan menuju kisaran US$37.000 hingga US$38.000. Ini setara dengan harga sekitar Rp617,9 juta sampai Rp634,6 juta, dengan asumsi kurs Rp16.700 per dolar AS. Proyeksi ini mengacu pada pola harga kuartalan Bitcoin yang serupa dengan fase puncak pada siklus pasar sebelumnya.

Pola Boom and Bust dalam Sejarah Bitcoin

Martinez menyoroti pola ‘boom and bust’ yang berulang dalam sejarah Bitcoin. Secara historis, setiap reli besar Bitcoin biasanya diikuti oleh fase penurunan yang lebih panjang. Dalam fase tersebut, Bitcoin mengalami penurunan harga dari puncak ke titik terendah antara 70 hingga 85 persen.

Ketika Bitcoin mencapai puncak harga sekitar US$126.000 atau setara dengan Rp2,10 miliar, penurunan sebesar 70 persen menyiratkan potensi turun hingga level tersebut. Martinez menunjukkan bahwa level dasar Bitcoin kini diperkirakan berada di zona support yang sama pada siklus harga sebelumnya.

Durasi Koreksi dan Pengaruhnya Terhadap Investor

Martinez menjelaskan bahwa penurunan harga dalam fase bearish seringkali berlangsung selama empat candle kuartalan, atau sekitar satu tahun. Berdasarkan pola tersebut, dia memperkirakan bahwa titik terendah selanjutnya mungkin akan terbentuk dalam waktu 288 hari, atau sekitar Oktober 2026.

Dia juga menegaskan bahwa pembentukan dasar harga Bitcoin jarang terjadi secara mendadak. Sebaliknya, fase ini umumnya ditandai oleh volatilitas rendah dan volume perdagangan yang menyusut. Hal ini menandakan bahwa meskipun Bitcoin turun hingga level kisaran US$37.000, pergerakan harga akan cenderung mendatar sebelum terdapat sinyal pemulihan yang kuat.

Kondisi Pasar Saat Ini

Saat ini, Bitcoin diperdagangkan di level US$89.506 atau setara dengan Rp1,49 miliar, dengan sedikit kenaikan sekitar 1,7 persen dalam 24 jam terakhir. Namun, secara teknikal, Bitcoin masih berada di bawah smoothed moving average (SMA) 50 hari dan 200 hari. Level SMA 50 berada di US$93.693, dan SMA 200 di US$101.460 yang saat ini menjadi area resistensi kuat.

Sementara itu, indikator relative strength index (RSI) berada pada level 46,17. Ini menunjukkan kondisi netral, tidak jenuh beli atau jenuh jual. Dengan tidak adanya sinyal pembalikan arah yang kuat, investor disarankan untuk berhati-hati.

Pengaruh Sentimen Pasar

Pengaruh minimnya minat institusional juga menjadi faktor yang menghambat pergerakan Bitcoin. Produk exchange traded fund (ETF) yang sempat menjadi harapan kini menunjukkan trend yang berlawanan. Ditambah dengan sikap hati-hati investor menjelang liburan akhir tahun, kondisi ini menambah tekanan pada harga Bitcoin.

Menyusul analisis tersebut, banyak investor bergerak dengan strategi ‘serok’—memanfaatkan penurunan harga untuk berinvestasi. Dengan pergerakan harga yang fluktuatif, saat ini adalah waktu penting untuk memikirkan strategi investasi secara cermat. Struktur pergerakan Bitcoin saat ini menjadi refleksi dari pengalaman pasar sebelumnya, sehingga setiap langkah harus diambil dengan pertimbangan matang.

Penurunan harga Bitcoin, yang diantisipasi mencapai level antara Rp617,9 juta hingga Rp634,6 juta, membuka peluang baru bagi investor. Meski Bitcoin berpotensi mengalami penurunan, bagi investor yang siap mengambil risiko, ini bisa menjadi komoditas menarik untuk dikoleksi di masa mendatang.

Berita Terkait

Back to top button