
Minat masyarakat terhadap mobil listrik di Indonesia terus meningkat. Survei terbaru Praxis Indonesia mengungkap fakta menarik bahwa keputusan pembelian mobil listrik sangat dipengaruhi rekomendasi pengguna lain dan faktor baterai. Mayoritas pembeli tidak hanya mempertimbangkan aspek teknis, tetapi juga pengalaman riil yang didapatkan dari teman, komunitas, hingga keluarga.
Data Praxis Indonesia melibatkan 1.200 responden dari sejumlah kota besar di Indonesia. Survei ini memperlihatkan bahwa 98% calon pembeli mobil listrik lebih percaya pada rekomendasi pengguna sesama dibandingkan hanya mengandalkan promosi pabrikan dan media sosial. Informasi dan cerita pengalaman nyata dinilai sangat efektif memberikan keyakinan bagi mereka yang masih ragu untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan.
Baterai Jadi Daya Tarik Utama
Faktor yang menjadi sorotan utama bagi calon pembeli adalah daya tahan baterai. Sebanyak 35,17% responden menempatkan daya tahan baterai sebagai prioritas dalam memilih mobil listrik. Banyak konsumen berharap mobil listrik mampu menempuh jarak jauh dan tidak merepotkan saat mengisi daya.
Tak hanya baterai, harga beli dan adanya bonus promosi juga menjadi pertimbangan penting bagi 21,33% pengguna. Paket diskon, garansi baterai, serta kemudahan pemasangan wall charger di rumah dinilai meningkat daya tarik konsumen pada mobil listrik.
Peran Rekomendasi Teman dan Komunitas
Hasil survei Praxis Indonesia menegaskan pentingnya opini dari orang terdekat. Calon pembeli mobil listrik mencari informasi melalui teman sebanyak 67%. Mereka juga aktif bertanya ke komunitas pecinta otomotif sebanyak 24%, dan 9% lainnya lebih percaya pada pendapat keluarga. Mereka cenderung mempertimbangkan pengalaman nyata, seperti perjalanan harian, biaya operasional, serta tips perawatan mobil.
Proses pengambilan keputusan ini membuktikan bahwa testimoni riil jauh lebih diandalkan daripada kampanye promosi dari produsen. Tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap rekomendasi personal mendorong percepatan adopsi kendaraan listrik.
Demografi Pembeli Mobil Listrik
Kebanyakan pembeli mobil listrik berasal dari kelompok usia 31-42 tahun yang mencapai 49% dari total responden. Penghasilan pembeli juga didominasi rentang Rp10 juta sampai Rp19,9 juta, yaitu 44%. Sedangkan, mereka yang berpenghasilan di bawah Rp10 juta hanya 1%. Ini membuktikan bahwa adopsi mobil listrik masih banyak dilakukan oleh kelas menengah dan menengah atas.
Menariknya, 66,24% responden sebelumnya pernah memiliki setidaknya satu mobil konvensional. Sementara hanya 4% pembeli yang menjadikan kendaraan listrik sebagai mobil pertamanya. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pengguna mobil listrik adalah mereka yang sudah terbiasa menggunakan mobil untuk kebutuhan sehari-hari.
Faktor Teknis Penentu Pembelian
Selain baterai dan harga, reputasi merek menjadi pertimbangan bagi 18,5% pembeli. Mereka memilih pabrikan yang sudah terbukti kualitas produknya agar tidak kesulitan dalam pelayanan purna jual dan ketersediaan suku cadang.
Terdapat faktor teknis lain yang tidak kalah penting, misalnya ketersediaan infrastruktur pengisian baterai (SPKLU). Sekitar 57% pengguna mobil listrik dapat menjangkau SPKLU dalam radius 3-5 kilometer dari rumahnya. Banyak konsumen memprioritaskan lokasi pengisian yang mudah diakses agar tidak terkendala dalam penggunaan harian.
Daftar Faktor Penting Pemilihan Mobil Listrik
- Daya tahan baterai: 35,17%
- Harga dan bonus promosi: 21,33%
- Reputasi merek: 18,5%
- Infrastruktur pengisian daya
- Rekomendasi teman dan komunitas
Kebiasaan Penggunaan Mobil Listrik
Mayoritas, yaitu 82% pengguna, memanfaatkan mobil listrik untuk aktivitas harian dan urusan pekerjaan. Sementara penggunaan untuk akhir pekan relatif kecil. Jarak tempuh harian yang umum, yaitu di rentang 51-100 km sebanyak 35% responden, diikuti rentang 21-50 km sebanyak 33%, lalu 17% menempuh 0-20 km.
Hanya 4% pengguna yang rutin menempuh jarak lebih dari 100 km sehari. Angka ini mengindikasikan bahwa mobil listrik masih lebih banyak digunakan untuk mobilitas perkotaan dan jarak menengah.
Infrastruktur dan Tantangan Pengisian Daya
Sebanyak 67% pengguna memilih mengisi daya mobil di rumah karena dinilai lebih praktis dan hemat biaya. Sebagian lagi, yakni 42%, mengisi di SPKLU resmi, 40% memanfaatkan fasilitas di tempat kerja, dan 9% di pusat perbelanjaan.
Waktu pengisian daya menjadi catatan penting. Sekitar 46% responden masih membutuhkan waktu lebih dari 6 jam untuk mengisi baterai hingga penuh. Hanya 7% pengguna yang dapat merasakan pengisian super cepat di kisaran 1-3 jam.
Permintaan terhadap teknologi pengisian yang lebih singkat semakin tinggi. Sebanyak 42% menyatakan ingin durasi pengisian daya bisa dipangkas menjadi hanya 1-2 jam saja. Mereka berharap produsen dan pemerintah menawarkan solusi agar pengisian daya semakin efisien tanpa memberatkan biaya infrastruktur.
Persepsi dan Harapan Pengguna Terhadap Pemerintah
Sebanyak 30% pengguna masih merasa kurang puas dengan upaya pemerintah dalam mendukung ekosistem mobil listrik. Kerja pemerintah dinilai perlu diperkuat terutama dalam memperbanyak akses SPKLU dan bengkel resmi.
Hingga 46% responden punya aspirasi agar fasilitas servis dan pengisian daya semakin merata ke wilayah pinggiran serta makin mudah dijangkau oleh pengguna baru. Hal ini dianggap penting untuk meningkatkan rasa percaya diri masyarakat menggunakan mobil listrik dalam berbagai kebutuhan mobilitas.
Efisiensi Biaya Operasional
Salah satu keunggulan utama mobil listrik adalah biaya pengisian daya yang sangat terjangkau. Mayoritas pengguna hanya menghabiskan dana di bawah Rp500.000 setiap bulan untuk kebutuhan pengisian baterai. Efisiensi ini menjadi salah satu alasan banyak orang tertarik beralih ke mobil listrik dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil.
Namun, tantangan mengenai waktu pengisian dan infrastruktur tetap menjadi perhatian banyak pihak. Pengguna berharap supaya penghematan ini tidak mengorbankan kepraktisan dalam pengisian daya dan kemudahan akses fasilitas servis.
Rekomendasi untuk Industri dan Pemerintah
Berdasarkan hasil survei Praxis Indonesia, berikut rekomendasi yang dapat menjadi pertimbangan:
- Fokus pada promosi yang menyorot daya tahan baterai dan garansi.
- Berikan edukasi dengan melibatkan testimoni pengguna.
- Perluas akses dan jangkauan infrastruktur SPKLU.
- Tawarkan paket promosi menarik, seperti diskon atau pemasangan charger di rumah.
- Tingkatkan pelayanan purna jual dan layanan pelanggan.
Data ini menegaskan tren bahwa calon pembeli mobil listrik di Indonesia sangat memprioritaskan faktor teknis seperti baterai, disertai kepercayaan tinggi pada rekomendasi sesama pengguna. Inovasi, layanan, dan infrastruktur yang responsif diyakini akan makin mempercepat pertumbuhan pasar mobil listrik dan membangun ekosistem kendaraan hijau yang inklusif.





