Mantan aktor Ammar Zoni kembali mengundang perhatian publik setelah terlibat dalam kasus narkoba yang melibatkan jaringan peredaran sabu dan tembakau sintetis dari dalam Rutan Salemba, Jakarta Pusat. Yang mencolok dalam kasus ini adalah penggunaan aplikasi pesan terenkripsi, Zangi, yang digunakan untuk komunikasi dan pengaturan transaksi narkotika.
Investigasi oleh penyidik Polsek Cempaka Putih mengungkapkan bahwa Ammar tidak hanya sebagai pengguna, melainkan juga sebagai pengelola peredaran narkoba. Dalam laporan, Plt Kasi Intel Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat, Agung Irawan, menyebut bahwa Ammar bertindak sebagai gudang narkotika, di mana ia menyimpan dan mendistribusikan barang terlarang kepada tersangka lain. Sejumlah barang bukti seperti sabu dan tembakau sintetis ditemukan dalam penggeledahan di beberapa kamar tahanan.
Dalam konteks ini, aplikasi Zangi menjadi sorotan. Aplikasi yang berbasis di Silicon Valley, Amerika Serikat, dikenal karena komitmennya terhadap privasi dan keamanan data pengguna. Dengan sistem terdesentralisasi, semua data komunikasi tidak disimpan di server pusat, melainkan hanya berada di perangkat pengguna. Hal ini membuat komunikasi melalui Zangi sulit dilacak oleh pihak berwenang.
Zangi menawarkan enkripsi end-to-end, di mana hanya pengirim dan penerima yang dapat membaca isi pesan. Fitur tersebut menarik perhatian pelaku kejahatan, karena dengan tidak menyimpan metadata seperti waktu dan lokasi, aplikasi ini menawarkan perlindungan ekstra. Kanit Reskrim Polsek Cempaka Putih, Iptu Mulyadi, menjelaskan bahwa aplikasi ini dipilih oleh para pelaku untuk menghindari deteksi aparat hukum.
Zangi memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya menarik bagi pengguna. Pertama, aplikasi ini menawarkan enkripsi kelas militer yang melindungi pesan dan panggilan dari akses pihak ketiga. Kedua, tidak adanya pengumpulan metadata menjadikannya sulit untuk dilacak. Ketiga, Zangi tetap berfungsi dengan baik meskipun dalam jaringan lemah, sehingga cocok untuk pengguna di lokasi dengan koneksi internet terbatas. Fitur penghapusan otomatis pesan setelah dibaca juga menambah jaminan keamanan.
Namun, meskipun menawarkan banyak manfaat bagi pengguna yang menghargai privasi, fitur-fitur keamanan ini juga dapat disalahgunakan. Banyak kasus di mana aplikasi ini digunakan untuk tujuan kriminil, seperti yang terlihat dalam kasus Ammar Zoni. Penggunaan Zangi dalam pengaturan peredaran narkoba menunjukkan bahwa teknologi yang dirancang untuk melindungi privasi juga dapat membuka celah bagi kejahatan.
Zangi dapat diunduh secara gratis di App Store dan Google Play, sehingga memudahkan siapa saja untuk mengaksesnya. Keberadaan aplikasi ini menimbulkan pertanyaan tentang tanggung jawab pengembang dalam mengawasi penggunaannya. Beberapa mengatakan bahwa meskipun teknologi ini dikembangkan untuk tujuan baik, adanya kemungkinan penyalahgunaan tetap harus diwaspadai.
Penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk memahami teknologi yang ada saat ini, agar dapat melindungi privasi tanpa mengabaikan keselamatan publik. Dalam konteks ini, kasus Ammar Zoni memberi pelajaran berharga akan perlunya pengawasan yang lebih ketat terhadap aplikasi yang memiliki potensi disalahgunakan.
Dengan demikian, meskipun Zangi menawarkan keunggulan dalam privasi dan keamanan, penggunaannya harus dipantau untuk mencegahnya jatuh ke tangan yang salah. Di sisi lain, kasus ini membuka peluang untuk mendiskusikan perlunya regulasi lebih ketat dalam penggunaan aplikasi komunikasi yang berfokus pada privasi.
Source: www.beritasatu.com
