Samsung kini menghadapi gugatan hukum dari Oura, perusahaan pelopor wearable berbentuk cincin pintar, yang menuduh Galaxy Ring melanggar paten desain struktural. Gugatan diajukan pada akhir Oktober 2025 dan juga melibatkan Zepp Health, Reebok, dan Nexxbase sebagai pihak tergugat lain.
Oura mengklaim bahwa Galaxy Ring dan produk pesaing meniru inovasi perangkatnya dalam penempatan komponen elektronik di dalam cincin. Menurut Oura, desain patennya meliputi penempatan baterai tipis, sensor biometrik, dan sirkuit fleksibel yang diletakkan di antara dua lapisan cincin. Penataan ini memungkinkan permukaan dalam cincin tetap halus dan nyaman dipakai, tanpa menimbulkan tonjolan yang mengganggu kulit.
Samsung menolak tudingan tersebut dengan alasan desain seperti itu adalah solusi teknis yang tak terhindarkan. Dalam pernyataannya, Samsung menyatakan bahwa penempatan komponen di antara dua lapisan cincin adalah keharusan fisik agar perangkat nyaman dan fungsional. Argumen ini diperkuat oleh para ahli desain wearable yang menjelaskan keterbatasan ruang dalam cincin pintar sangat membatasi opsi tata letak komponen.
Oura sebelumnya juga pernah terlibat dalam sengketa paten serupa dan berhasil menang melawan Ultrahuman dan Ringconn. Dalam kasus tersebut, pengadilan mengakui validitas paten Oura yang menyelesaikan persoalan teknis terkait kenyamanan pemakaian tanpa mengorbankan fungsi. Namun, menghadapi Samsung yang merupakan perusahaan raksasa dengan portofolio paten besar dan pengalaman menghadapi sengketa teknologi global, Oura menghadapi tantangan hukum yang lebih berat.
Samsung bahkan telah mengajukan gugatan preemptif di pengadilan federal San Francisco pada Mei 2024 untuk menyatakan Galaxy Ring tidak melanggar paten Oura. Namun, gugatan itu dinilai prematur karena produk belum resmi dirilis. Kini, dengan Galaxy Ring sudah meluncur dan memperoleh pangsa pasar, sengketa hukum nyata antara Oura dan Samsung dimulai.
Jika pengadilan memutuskan kemenangan bagi Oura, Samsung dan perusahaan lain bisa menghadapi dua konsekuensi berat: membayar royalti untuk setiap unit terjual atau menghentikan penjualan produk yang dianggap melanggar di wilayah AS. Untuk Samsung, menghentikan penjualan Galaxy Ring dipandang tidak mungkin karena perangkat ini bagian penting dari ekosistem Galaxy.
Pilihan lain yang mungkin ditempuh Samsung meliputi mengajukan banding, mengubah desain Galaxy Ring generasi berikutnya, atau melakukan gugatan balik atas klaim paten yang mungkin dimiliki Samsung terhadap Oura. Situasi ini bukan hanya menyangkut aspek hukum, tetapi juga berpotensi mengubah peta industri cincin pintar secara global.
Sengketa ini penting bagi konsumen dan industri wearable karena hasilnya dapat menentukan arah inovasi dan persaingan pasar cincin pintar. Jika Oura berhasil mempertahankan hak patennya secara ketat, hal ini akan menyulitkan pendatang baru untuk bersaing dan dapat menyebabkan kenaikan harga karena royalti. Sebaliknya, jika Samsung menang, standar desain bisa menjadi lebih terbuka sehingga mendorong inovasi dan memperluas pilihan konsumen.
Dari sisi teknologi, perdebatan ini mengangkat pertanyaan mendasar tentang batas perlindungan paten untuk inovasi yang muncul dari keterbatasan fisik. Oura berargumen bahwa desainnya adalah hasil riset bertahun-tahun dan patut dilindungi. Namun, Samsung berpendapat bahwa tidak semua solusi teknis yang muncul dari kebutuhan fisik harus dipatenkan sehingga tidak menjadi monopoli.
Perang hukum antara Oura dan Samsung menjadi perhatian penting bagi perkembangan wearable ring. Keputusan pengadilan tidak hanya akan berpengaruh pada kedua pihak, tetapi juga pada arah industri cincin pintar secara global. Masa depan wearable ring kini tidak hanya bergantung pada pengembangan sensor dan baterai, tetapi juga pada putusan hukum yang menentukan batasan inovasi desain.
