Musisi Raim Laode baru-baru ini menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah menyatakan bahwa kalimat “Innalillahi wa innailaihi rojiun” adalah kalimat paling romantis yang ada di dunia. Pendapat ini ia sampaikan saat menjadi bintang tamu di siniar The Maple Media, yang memicu diskusi luas di kalangan netizen. Ia menegaskan keyakinannya bahwa kalimat tersebut memiliki makna yang dalam dan menyentuh, mencerminkan hubungan manusia dengan Sang Pencipta.
Raim menjelaskan bahwa arti dari kalimat “Innalillahi wa innailaihi rojiun” adalah “Sesungguhnya kita milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.” Dalam pandangannya, kalimat ini menjadi simbol dari kasih sayang Tuhan terhadap ciptaan-Nya. “Kita seperti sedang dirayu oleh Allah,” ujarnya. Menurut keterangan yang ia berikan, pernyataan ini mengandung unsur cinta yang tinggi, mengingat kita sebagai makhluk-Nya harus selalu ingat bahwa kita adalah milik-Nya, dan kembali kepada-Nya pada akhirnya.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa bentuk cinta tertinggi bukanlah sekadar pernyataan sayang, melainkan juga termasuk pengertian kepemilikan. “Ketika kita mencintai seseorang, kita tidak hanya mengatakan ‘saya sayang kamu’, tapi lebih dalam lagi, kita mengatakan ‘kamu adalah milikku.’ Betapa kuatnya ungkapan itu,” ungkapnya. Pendapat ini menunjukkan bahwa kalimat “Innalillahi” memiliki kedalaman emosional yang lebih dari sekadar frasa yang diucapkan dalam konteks berduka.
Raim juga memberi contoh historis untuk mendukung pandangannya. Ia mengisahkan tentang seorang khalifah setelah masa Rasulullah yang mengucapkan kalimat tersebut saat dilantik. Menurutnya, ucapan itu menunjukkan kesadaran dan refleksi diri bahwa jabatan dan kekuasaan merupakan tanggung jawab yang harus diemban dengan penuh kesadaran akan hakikat kepemilikan kita pada Allah. “Kini, berbeda dengan tradisi saat ini yang seringkali diisi dengan pesta,” tambahnya.
Pernyataan Raim tidak hanya menjadi sorotan karena berani mengaitkan konteks agama dengan romantisme, tetapi juga memberikan perspektif baru terhadap ungkapan yang biasanya dihubungkan dengan kesedihan. Dalam budaya yang sering kali melihat ungkapan ini sebagai sebuah ungkapan duka cita, ia berhasil membawa makna berbeda, yakni cinta dan saling memiliki dalam ikatan yang lebih dalam.
Fenomena ini turut berkontribusi terhadap diskusi tentang bagaimana kata-kata dan simbol-simbol dalam budaya kita bisa memiliki beragam makna, tergantung pada konteks di mana ia digunakan. Dengan cara ini, Raim Laode telah membawa topik spiritual ke dalam ranah seni dan dunia hiburan, menciptakan dialog yang lebih bermakna tentang cinta, kehilangan, dan perjalanan hidup.
Tema ini juga menjadi relevan saat masyarakat dihadapkan pada banyak isu yang membuat mereka merenung. Dalam masa-masa sulit, sering kali kata-kata sederhana dapat memberikan penghiburan dan kekuatan. Dengan memahami dan menginternalisasi makna dari “Innalillahi”, kita diingatkan bahwa cinta dan keberadaan kita saling terkait dengan sesuatu yang lebih besar.
Sebagai penutup, pernyataan Raim Laode ini menunjukkan bahwa seni dan spiritualitas dapat berpadu dalam cara yang sangat indah. Ungkapan sederhana yang sering kita abaikan bisa melahirkan makna yang mendalam dan mengingatkan kita tentang pentingnya rasa syukur atas kehidupan. Dengan cara ini, ia tidak hanya merangsang diskusi di media sosial, tetapi juga memperkaya pemahaman kita tentang makna hidup dan cinta dalam konteks yang lebih luas.





