Master Limbad belakangan ini menjadi sorotan publik setelah kabar mengenai penahanannya oleh imigrasi Arab Saudi beredar. Sang pesulap ditahan saat hendak menjalankan ibadah Umrah, dengan alasan penampilannya yang dianggap menyeramkan. Kabar ini diungkapkan oleh asisten Master Limbad, yang menjelaskan bahwa insiden tersebut sebenarnya terjadi pada tahun 2017, bukan baru-baru ini.
Ketika Master Limbad melakukan Umrah untuk ketiga kalinya, ia mengenakan pakaian unik dengan gelang-gelang dan rambut gimbal yang membuatnya terlihat berbeda dari jemaah lainnya. Penampilan yang nyentrik ini memicu kecurigaan petugas imigrasi, sehingga ia dipisahkan dan diminta untuk masuk ke ruangan khusus untuk diinterogasi. “Awalnya petugas melihat kedatangan master aneh, akhirnya disuruh masuk ruangan dan jemaah yang lain disuruh lanjut,” ungkap asisten tersebut.
Selama proses interogasi, Master Limbad didampingi oleh pemandu Umrah. Petugas menanyakan identitas dan profesi Master Limbad. Namun, karena penampilannya, pihak imigrasi merasa curiga dan sempat menyebutnya sebagai “dajjal”, “setan”, atau “pengikut satanik”. Ini menunjukkan bahwa penampilan uniknya mungkin memicu ketakutan atau stereotip tertentu di mata petugas.
Dalam situasi yang tidak biasa ini, petugas imigrasi memutuskan untuk melakukan ruqyah, yaitu membaca Al-Qur’an 30 juz di hadapan Master Limbad untuk menilai reaksinya. “Alih-alih kepanasan, Master Limbad malah ketiduran,” ungkap asisten. Ini menciptakan rasa bingung di antara petugas, yang berharap ia akan menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan.
Meskipun demikian, ketidakpercayaan petugas masih tersisa. Mereka melakukan pemeriksaan fisik kepada Master Limbad, meneliti setiap aspek dari penampilannya yang salah sangka ini. Bahkan, Master Limbad diminta untuk membaca potongan ayat Al-Qur’an secara acak sebagai bukti bahwa dia adalah seorang Muslim. Dengan percaya diri, ia membaca surat Ar-Rum hingga selesai.
Kepiawaian Master Limbad dalam membaca Al-Qur’an membuat pihak imigrasi tergerak. Setelah memastikan bahwa ia memang seorang Muslim, akhirnya mereka membebaskan Master Limbad. Momen tersebut sangat emosional, dengan Master Limbad dan petugas imigrasi berpelukan dalam suasana haru, menandakan pemahaman yang baru terjalin.
Setelah insiden tersebut, Master Limbad melanjutkan ibadah Umrah dengan lebih mudah, berkat pengawalan khusus dari tentara Arab Saudi. Ia mendapatkan kemudahan untuk beribadah, termasuk sholat di tempat-tempat suci seperti Raudhah dan Hijir Ismail, serta kesempatan mencium batu Hajar Aswad. Hal ini menunjukkan dampak positif dari situasi yang semula penuh ketidakpastian.
Kronologi penahanan Master Limbad di Arab Saudi menggambarkan bagaimana stereotip terhadap penampilan bisa membawa konsekuensi yang serius, bahkan di tempat suci. Insiden ini juga mengingatkan kita akan pentingnya pemahaman dan acceptansi terhadap perbedaan. Melalui pengalaman ini, Master Limbad bukan hanya melanjutkan ibadahnya, tetapi juga memberikan gambaran yang lebih baik tentang toleransi dan kepercayaan di tengah masyarakat yang beragam.
Kisah ini menjadi tawaran refleksi mendalam bagi kita, bagaimana penampilan sering kali mengaburkan identitas asli seseorang. Dan bagi Master Limbad, setelah serangkaian tantangan, ending cerita ini tersimpan dalam momen mengharukan yang akan selalu diingatnya.





