Limbad Didengar Ayat Alquran untuk Atasi Isu Dajjal dan Penganut Satanik

Magician Master Limbad mengalami momen yang tak terlupakan dalam perjalanan umrah ke Tanah Suci yang ketiga kalinya. Sesampainya di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, petugas imigrasi menahan Limbad karena penampilannya yang dianggap aneh. Limbad, yang dikenal dengan gaya rambut gimbal dan aksesori luar biasa, dianggap serupa dengan “daqal” oleh petugas yang tidak familiar dengan dunia seni pertunjukan.

Menurut informasi dari pihak Limbad, dia telah menjalani umrah sebanyak empat kali. Namun, penampilannya kali ini menciptakan persepsi yang berbeda. “Awalnya mereka melihat kedatangan saya aneh, jadi saya diminta masuk ruangan khusus,” ungkapnya. Sambil didampingi seorang pemandu umrah, Limbad menjelaskan identitas dan profesinya. Namun, pihak imigrasi tidak serta-merta percaya, malah menuduhnya sebagai “setan,” “dajjal,” hingga penganut satanik.

Kekhawatiran petugas imigrasi semakin meningkat. Mereka berinisiatif memperdengarkan ayat-ayat Alquran kepada Limbad dengan harapan akan membuatnya merasa tidak nyaman atau bahkan kesurupan. “Mereka pikir mungkin saya bisa kepanasan atau kesurupan, tapi saya justru menikmati dan tertidur,” ujarnya. Petugas kemudian memutarkan ayat-ayat suci Alquran sampai 30 Juz, dan dengan mengejutkan, Limbad terbukti lebih nyaman dibandingkan reaksi yang diharapkan.

Kejadian unik ini tidak hanya menggambarkan misunderstanding antara petugas imigrasi dan Limbad, tetapi juga menunjukkan sikap positif Limbad terhadap situasi tersebut. “Setelah lama mendengarkan, petugas bingung kenapa saya tidak bereaksi negatif. Saya sudah memberi tahu bahwa saya seorang Muslim, tetapi mereka tetap tidak percaya,” katanya.

Akhirnya, petugas imigrasi memutuskan untuk meminta Limbad membaca Alquran secara random untuk memastikan keaslian identitasnya. Limbad yang kerap tampil dengan pesona eksentrik, berperan aktif dalam pembuktian ini. “Memang betul mereka meminta saya membaca surat Ar-Rum secara bebas, dan saya melakukannya dengan senang hati,” jelasnya.

Setelah proses yang panjang, Limbad akhirnya dibebaskan dan diakhiri dengan pelukan haru kepada petugas yang memimpin pemeriksaan. Dia menganggap pengalaman ini bisa menjadi bahan pelajaran, terutama dalam memahami pandangan orang lain yang berbeda. “Ini adalah pengingat bagi saya akan pentingnya komunikasi dan saling memahami,” tambahnya.

Menghadapi stigma yang berbeda tentang seni dan penampilan, Limbad berhasil menunjukkan bahwa meskipun terlihat berbeda, jati diri sebagai Muslim tetap kuat dalam dirinya. Situasi ini juga menimbulkan respons dari publik, banyak yang berpendapat bahwa penampilan tidak seharusnya menjadi penilaian utama dalam menilai seseorang.

Kisah menarik Limbad di Jeddah ini semakin viral dan menjadi topik perbincangan di media sosial. Banyak dari penggemar dan netizen memberikan dukungan, sementara yang lainnya menilai perlakuan imigrasi tersebut sebagai contoh diskriminasi berbasis penampilan.

Dari kejadian ini, terlihat pentingnya toleransi dan pemahaman dalam masyarakat multikultural, terutama dalam konteks yang melibatkan perjalanan internasional. Situasi seperti ini seharusnya dapat dijadikan kesempatan untuk menciptakan dialog lebih terbuka antara budaya yang berbeda, demi meningkatkan saling pengertian.

Berita Terkait

Back to top button