Review Venom (2018): Dibintangi Tom Hardy, Tayang Malam Ini di Trans TV

Film Venom (2018) akan tayang malam ini di Trans TV, menghadirkan Tom Hardy dalam peran utama yang dinilai ikonik. Disutradarai oleh Ruben Fleischer, yang sebelumnya sukses dengan Zombieland, film ini menyajikan kisah asal-usul Venom, salah satu karakter anti-hero terkenal dari Marvel, meskipun tanpa kehadiran Spider-Man yang seringkali menjadi bagian penting dalam ceritanya di komik.

Kisah ini mengikuti Eddie Brock, seorang jurnalis investigasi yang tengah berada di puncak karirnya di San Francisco. Kariernya hancur ketika ia mengkonfrontasi Carlton Drake, seorang miliarder teknologi dan perintis luar angkasa. Drake melakukan eksperimen ilegal dengan simbiot, makhluk alien yang ditangkap oleh perusahaannya, Life Foundation. Setelah dipecat, Eddie mendapati dirinya terhubung dengan salah satu simbiot ini, yang menamai dirinya Venom. Akibatnya, ia harus berbagi tubuh dengan makhluk asing yang memiliki kepribadian dan kekuatan super.

Penampilan Tom Hardy sebagai Eddie Brock dianggap paling menarik, memberikan keunikan dalam karakter yang dimainkan. Kekhasan interaksi antara Eddie dan Venom menciptakan dinamika komedi unik dalam film ini, seperti saat keduanya berdebat di dalam restoran mewah. Gaya penyampaian yang cemerlang membuat kehadiran Venom tidak hanya sebagai entitas jahat, tetapi juga menghadirkan elemen “bromance” yang lucu.

Meskipun penampilan Hardy mendapatkan banyak pujian, beberapa kritik ditujukan pada aspek lain dari film ini. Misalnya, Michelle Williams yang berperan sebagai tunangan Eddie, Anne Weying, dianggap kurang dimanfaatkan dalam naskah. Demikian juga Riz Ahmed sebagai Carlton Drake, yang meskipun berusaha memberikan performa yang lebih baik dari yang tertulis, sering kali terlihat generik.

Beberapa kritikus menilai Venom sebagai film yang "cheesy" dan "corny" namun tetap menghibur. Film ini berupaya menyeimbangkan elemen horor dan komedi, namun tidak semua elemen tersebut berhasil ditangani dengan baik oleh Fleischer. Beberapa adegan aksi memang menyenangkan, namun pertarungan klimaks yang melibatkan CGI dinilai berantakan secara visual.

Meskipun menghadapi berbagai kritik, film ini menawarkan alur yang cepat dan menarik, membuat penonton tak pernah merasa bosan. Dengan pendekatan yang khas, Venom mampu menyajikan hiburan yang mengundang tawa sekaligus ketegangan, bahkan hingga kerap disebut "sangat buruk sampai-sampai menjadi bagus".

Sony mengambil langkah berisiko dengan proyek ini, dan hasilnya menunjukkan bahwa ada permintaan yang signifikan untuk pendekatan yang lebih gelap dalam jagat sinematik superhero. Penonton akan dapat merasakan pengalaman menyaksikan film ini malam ini di Trans TV, sebuah kesempatan untuk melihat bagaimana dua kepribadian yang berbeda dapat saling melengkapi meskipun berada dalam satu tubuh yang sama.

Exit mobile version