Lingkungan kerja yang semakin kompleks saat ini mendorong perusahaan untuk tidak hanya fokus pada produk atau layanan yang ditawarkan, tetapi juga pada kualitas sumber daya manusia (SDM) mereka. Kemampuan karyawan untuk menghadapi situasi yang memerlukan layanan di bawah tekanan, misalnya saat berinteraksi dengan tamu penting, kini menjadi nilai tambah yang krusial. Hal ini menekankan pentingnya penguatan soft skill seperti komunikasi, empati, dan profesionalisme, terutama dalam layanan yang formal.
Dengan ekspektasi konsumen yang terus meningkat, baik di sektor swasta maupun publik, perusahaan mulai beradaptasi terhadap kebutuhan ini dengan mengubah cara pelatihan karyawan. Banyak yang mulai menggandeng mitra pelatihan eksternal dengan keahlian di bidang korporat. Pendekatan ini memungkinkan penyesuaian materi pelatihan berdasarkan kebutuhan spesifik organisasi, di mana sosok mentor yang berpengalaman dari industri memberikan dampak yang nyata.
Salah satu metode yang semakin populer dalam pelatihan karyawan adalah roleplay atau simulasi. Metode ini tidak hanya memberikan teori, tetapi juga memberikan pengalaman langsung kepada karyawan dalam menghadapi berbagai situasi nyata, seperti menyambut tamu VIP atau menjalani jamuan formal. Sebagai contoh, Sinarmas Mining, melalui ITSB Innovation & Research Centre, mengadakan program pelatihan bertajuk Hospitality & Butler dalam kolaborasi dengan platform edukasi dibimbing ID. Program ini dirancang untuk membekali karyawan dengan keterampilan layanan prima, grooming, dan etika formal.
Zaky Muhammad Syah, CEO dibimbing ID, menyatakan bahwa program pelatihan yang mereka tawarkan ditujukan untuk memberikan hasil nyata di lapangan. Dengan menggunakan Learning Management System (LMS) yang terintegrasi, peserta bisa mengakses materi pelatihan secara fleksibel dan memantau kemajuan mereka secara real-time. Proses pelatihan juga diawali dengan asesmen awal untuk memetakan kebutuhan tim secara akurat.
“Silabus yang kami miliki dirancang sangat terperinci dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan setelah asesmen awal,” ungkap Zaky. Metode pelatihan yang diimplementasikan ini tidak hanya efisien dari segi waktu dan biaya, tetapi juga memberikan dampak langsung pada kinerja karyawan. “Kami menggunakan pendekatan yang inovatif dan efektif, yang menghasilkan peningkatan produktivitas serta efisiensi, sehingga perusahaan dapat meraih hasil maksimal dengan investasi minimal.”
Selama pelatihan, peserta tidak hanya mendengarkan teori, tetapi juga mendapatkan pengalaman langsung di lapangan serta pendampingan dari mentor yang berpengalaman. Dua praktisi industri terkemuka, Fanny Hertanto dari The Ascott Limited Indonesia dan Kusri Hadiwinata dari Gardenia Park, turut berperan sebagai pengajarnya. Hal ini memastikan bahwa peserta mendapatkan pelatihan yang benar-benar relevan dengan kebutuhan industri.
Kepuasan peserta pelatihan pun mencapai angka 100 persen, menunjukkan bahwa pendekatan pelatihan berbasis praktik langsung ini sangat efektif. Melalui metode simulasi nyata, karyawan dapat lebih siap dan percaya diri dalam menjalankan tugas mereka di lingkungan kerja yang dinamis. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa simulasi nyata dalam pelatihan soft skill sangat penting untuk menciptakan SDM yang unggul dan siap menghadapi tantangan.
Keberhasilan dalam menjalankan pelatihan berbasis praktik nyata ini menunjukkan bahwa dunia kerja semakin mengutamakan pendekatan yang berfokus pada pelatihan langsung. Semakin banyak perusahaan yang menyadari bahwa untuk mencapai keunggulan kompetitif, mereka perlu melengkapi karyawan dengan keterampilan yang tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga praktis. Dengan demikian, perusahaan akan dapat meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan dan meningkatkan citra mereka di pasar.





