Media Sosial Sebabkan Gangguan Kecemasan bagi Penderita Bipolar

Penggunaan media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, namun bagi penderita gangguan bipolar, platform ini bisa menjadi pedang bermata dua. Penelitian menunjukkan bahwa interaksi yang berlebihan di media sosial dapat memicu gangguan kecemasan dan memperburuk kondisi kesehatan mental penderita bipolar. Oleh karena itu, perhatian yang lebih besar terhadap cara penggunaannya sangat diperlukan.

Salah satu masalah utama yang dihadapi penderita bipolar di media sosial adalah informasi yang tidak akurat. Meskipun banyak akun kesehatan mental yang menawarkan wawasan berguna, studi terbaru dari Healthline mengungkapkan bahwa sebagian besar unggahan di platform seperti Instagram mengandung informasi yang tidak lengkap atau menyesatkan. Dari analisis terhadap 500 unggahan dengan tagar terkait bipolar, ternyata kurang dari 5% di antaranya berasal dari profesional medis yang kredibel. Hal ini dapat menyebabkan penderita semakin bingung dan khawatir tentang kondisi mereka.

Tentu saja, stigma negatif juga menjadi isu serius. Stigma seputar gangguan bipolar sering kali muncul dalam konten yang beredar di media sosial. Sebuah studi tahun 2020 menemukan bahwa pesan yang mengandung stigma terhadap bipolarnya lebih banyak daripada gangguan kesehatan mental lainnya. Tindakan ini bisa memperburuk kondisi emosional para penderita, memicu kecemasan, bahkan depresi. Oleh karena itu, disarankan agar pengguna media sosial yang mengalami gangguan bipolar menyaring informasi yang mereka konsumsi. Psikiater Melvin McInnis merekomendasikan untuk mengambil jeda dari media sosial, dan melakukan aktivitas yang lebih menenangkan seperti menonton film favorit.

Selain itu, perilaku kompulsif dapat dipicu oleh media sosial. Banyak penderita bipolar melaporkan bahwa mereka sering terjebak dalam siklus scrolling yang berkepanjangan. Studi tahun 2021 menunjukkan bahwa 66% penderita bipolar mengakui bahwa mereka menyesali perilaku kompulsif yang diakibatkan oleh media sosial. Ini mencakup aktivitas negatif seperti belanja impulsif atau akses berlebihan ke konten dewasa, yang dapat mengganggu rutinitas harian mereka.

Untuk memitigasi dampak negatif ini, ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh penderita bipolar. Pertama, penting untuk menyaring informasi yang diterima. Pengguna sebaiknya hanya mengikuti akun yang memberikan informasi positif dan akurat. Kedua, memblokir atau menonaktifkan akun yang menyebarkan pesan negatif juga sangat disarankan. Selain itu, bergabung dengan komunitas online yang mendukung dapat memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan mental.

Selanjutnya, pengaturan waktu penggunaan media sosial menjadi kunci untuk mencegah kecanduan. Penderita bipolar perlu menetapkan batasan waktu dan memastikan bahwa penggunaan media sosial tidak mengganggu rutinitas harian mereka. Jika saja terasa sulit untuk mengendalikan perilaku ini, sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan mental untuk mendapatkan bantuan yang tepat.

Dalam konteks yang lebih luas, media sosial dapat menjadi alat yang bermanfaat, tetapi bagi penderita bipolar, penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati. Dengan pengetahuan dan kehati-hatian yang tepat, mereka dapat menjaga kesehatan mental dan emosi mereka meski tetap terhubung dengan dunia digital. Masing-masing individu perlu menemukan cara yang paling sesuai untuk mengelola interaksi mereka di platform ini agar tidak terjebak dalam spiral negatif yang dapat menurunkan kualitas hidup mereka.

Berita Terkait

Back to top button