
Kondisi terkini SA, putri Ahmad Dhani, mencuri perhatian publik setelah mengalami cyber bullying yang berpangkal dari kisah masa lalunya dengan Maia Estianty, mantan istri Dhani. Pengacara SA, Aldwin Rahadian, menyampaikan bahwa putri kliennya kini lebih banyak murung dan enggan keluar rumah. “SA lebih banyak diam dan malas keluar rumah. Namun, di sekolah, banyak teman yang mendukungnya,” ungkap Aldwin dalam sebuah konferensi pers di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada 17 Juli 2025.
Menurut Aldwin, sebelumnya SA dikenal sebagai sosok yang ceria. Namun, dampak dari serangan di media sosial belakangan ini membuatnya berubah drastis. “Di dalam mobil bersama Mas Dhani pun dia lebih banyak diam sekarang,” tambahnya, menyoroti bagaimana situasi ini berpengaruh pada keseharian SA.
Cyber bullying yang dialami SA tidak hanya berdampak secara psikologis, tetapi juga menjadikan dirinya merasa lebih terasing, terutama ketika berada di luar rumah. Meskipun memiliki dukungan dari teman-temannya di sekolah, efek dari komentar negatif di media sosial masih menghantuinya. Menurut Aldwin, terkadang teman-teman SA membantu membalas komentar di media sosial sebagai bentuk dukungan.
Tak hanya itu, Aldwin juga menanggapi laporan yang dibuat oleh Ahmad Dhani terhadap seorang psikolog, Lita Gading. Ia percaya bahwa wajar bagi Lita untuk membela diri, namun menjelaskan bahwa sebagai seorang psikolog, tindakan tersebut seharusnya tidak mengeksploitasi anak di media sosial. Aldwin menilai konten yang diunggah Lita Gading abai terhadap hak kesehatan mental SA, dan mempertanyakan kredibilitasnya sebagai seorang ahli di bidang psikologi.
“Mengkritisi tentu boleh, silakan saja. Tapi apa yang dilakukan Lita Gading ini tidak lagi dalam kapasitasnya sebagai seorang ahli,” tegas Aldwin. Pernyataan ini menunjukkan keprihatinan yang mendalam terhadap eksploitasi yang mungkin terjadi ketika seorang pakar tidak mempertimbangkan situasi anak yang terlibat.
Fenomena cyber bullying yang terjadi pada SA tidak saja menyoroti permasalahan individu, tetapi juga menggambarkan sisi gelap dari interaksi di media sosial. Banyak anak muda yang berpotensi menjadi korban, dan pentingnya dukungan psikologis serta kesadaran akan dampak yang ditimbulkan oleh komentar online menjadi semakin jelas.
Dalam konteks ini, Aldwin mengingatkan akan pentingnya edukasi tentang perilaku di dunia maya, terutama bagi orang tua yang memiliki anak remaja. “Setiap orang tua sebaiknya lebih aktif dalam mengawasi aktivitas anak di media sosial dan memberikan dukungan emosional yang tepat,” sarannya. Dukungan dari keluarga dan teman dapat menjadi benteng yang kuat dalam menghadapi tekanan sosial yang timbul akibat bullying.
Kondisi SA memang memerlukan perhatian lebih, tidak hanya dari orang-orang terdekatnya, tetapi juga dari masyarakat luas. Diskusi tentang dampak cyber bullying dan kebutuhan untuk melindungi anak-anak dari risiko tersebut perlu semakin ditingkatkan, sehingga kejadian serupa dapat berkurang.
Ke depan, diharapkan ada lebih banyak inisiatif untuk mendidik masyarakat tentang dampak buruk dari cyber bullying. Hal ini bisa menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak, terutama dalam penggunaan teknologi dan media sosial. Sebagaimana yang disampaikan Aldwin, sangat penting bagi semua pihak untuk berkontribusi dalam menciptakan ruang yang mendukung kesehatan mental anak-anak.





