Sebuah kejadian mengejutkan terjadi di konser Coldplay yang digelar di Boston, Amerika Serikat, pada 16 Juli 2025 lalu. Dalam suasana yang penuh energi, momen “kiss cam” di layar besar stadion secara tak terduga menangkap pasangan yang diduga melakukan perselingkuhan. Pasangan tersebut adalah Andy Byron, CEO perusahaan Astronomer, dan Kristin Cabot, kepala sumber daya manusia di perusahaan yang berfokus pada teknologi AI ini.
Saat kamera mengarah ke mereka, Byron terlihat melingkarkan lengannya di sekitar Cabot, dengan jari-jarinya saling bertautan. Awalnya, vokalis Coldplay, Chris Martin, menanggapi momen tersebut dengan candaan, tidak menyadari betapa seriusnya situasi ini. “Lihat mereka berdua,” ujarnya dalam sebuah komentar, “Entah mereka berselingkuh atau mereka hanya sangat malu. Astaga.” Reaksi keheranan Martin seolah merefleksikan kegalauan penonton yang meragukan status hubungan pasangan tersebut.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, baik Byron maupun Cabot tampaknya memiliki hubungan dekat. Byron, yang memiliki lebih dari 20 tahun pengalaman dalam manajemen sumber daya manusia, merekrut Cabot pada November tahun lalu. Di LinkedIn, Cabot memuji kepemimpinan Byron dan merasa bersemangat bisa bergabung dengan tim Astronomer. Namun, laju kariernya tampaknya juga menerpa sisi pribadi yang kontroversial.
Byron sendiri sudah menikah dengan Megan Kerrigan Byron, sementara Cabot baru-baru ini mengakhiri pernikahannya dengan Kenneth Thornby. Menurut catatan pengadilan Massachusetts, perpisahan antara Cabot dan Thornby berlangsung pada tahun 2018 dan resmi tercatat pada tahun 2022. Mereka memiliki seorang anak, dan Thornby diwajibkan untuk membayar tunjangan anak kepada Cabot. Situasi ini menambah lapisan kompleksitas pada hubungan yang berpotensi melanggar etika di lingkungan kerja.
Menanggapi momen yang viral ini, sejumlah mantan karyawan Astronomer merasa geli dan mengungkapkan reaksi di grup pesan yang mengolok-olok situasi tersebut, merasakan bahwa Alpha dan beta perusahaan telah ‘terbongkar’. Berdasarkan informasi yang diungkap, pegawai di kantor Astronomer yang terletak di New York menolak memberikan komentar resmi terkait insiden ini, dan perusahaan juga belum memberikan tanggapan atau pernyataan resmi ke publik.
Peristiwa seperti ini semakin menyoroti pentingnya menjaga batasan profesional di lingkungan kerja, terutama bagi para eksekutif yang memiliki kekuasaan dan pengaruh dalam keputusan penting di perusahaan. Kasus ini juga mencerminkan bagaimana dianggap tidak etis untuk menjalin hubungan di dalam tempat kerja, terutama ketika salah satu pihak sudah terikat dalam ikatan pernikahan.
Meskipun kasus ini menyita perhatian publik dan media, dampaknya terhadap perusahaan Astronomer maupun karier kedua individu tersebut di dalam industri masih harus dilihat. Reputasi perusahaan dan kepemimpinan Byron mungkin akan terpengaruh, terutama jika isu ini terus berlanjut dan menarik perhatian lebih lanjut di kalangan karyawan dan investor.
Dengan semakin berkembangnya berita mengenai insiden ini, publik tampaknya menantikan pengakuan dan klarifikasi dari pihak-pihak yang terlibat. Apakah hubungan ini akan mempengaruhi kebijakan internal Astronomer atau bahkan menimbulkan perubahan di level manajerial? Hanya waktu yang akan menjawab.





