Nama Nathalie Holscher dan DJ Panda kini menjadi sorotan publik setelah mereka dikabarkan mengalami pemutusan kerja sama dari beberapa klub hiburan malam. Situasi ini muncul setelah keduanya melakukan parodi yang dianggap kurang pantas, menyindir Erika Carlina yang baru saja mengumumkan kehamilannya pada tahap akhir. Aksi tersebut dituding sebagai bentuk ledekan, dan dampaknya sangat signifikan bagi karier profesional Nathalie.
Sejumlah klub, termasuk Maxy Gold, yang merupakan grup hiburan ternama dengan banyak cabang di Indonesia, telah resmi mengeluarkan Nathalie dan rekan-rekannya dari daftar penampil. Melalui unggahan di akun Instagram resmi mereka pada 21 Juli 2025, manajemen Maxy Gold menyatakan, “Menyikapi perkembangan berita terkini dan didorong oleh rasa solidaritas antar pengelola tempat hiburan, dengan berat hati kami membatalkan dan memasukkan pertunjukan DJ Panda dan Nathalie Holscher ke dalam daftar blacklist.” Hal ini menunjukkan adanya sikap tegas dari pihak Maxy Gold terhadap talenta yang dianggap kurang memberikan dampak positif.
Langkah serupa dilakukan oleh Lavva Lounge, salah satu klub eksklusif di Jakarta, yang membatalkan penampilan Nathalie yang direncanakan pada 23 Juli 2025. Pengelola Lavva Lounge menegaskan pentingnya menjaga standar rasa hormat, inklusivitas, dan profesionalisme dalam setiap langkah yang mereka ambil. “Keputusan ini dibuat untuk menjaga nilai-nilai yang ingin kami ciptakan bagi komunitas kami,” tulis mereka di Instagram Story.
Setelah mendapatkan sorotan luas dan reaksi negatif dari masyarakat, Nathalie Holscher mengambil langkah untuk memberikan klarifikasi. Dalam unggahan Instagram Story-nya, ia menjelaskan bahwa ia tidak mengetahui apa-apa mengenai niat di balik pembuatan konten parodi tersebut. “Di sini gue benar-benar gak tahu apa-apa dan baru tatap muka saat konten itu. Semua gue jalanin sendiri,” jelasnya. Nathalie juga menegaskan bahwa video tersebut adalah hasil dari sebuah ide spontan tanpa maksud menyakiti perasaan orang lain.
Dampak dari peristiwa tersebut sangat besar bagi Nathalie. Ia mengaku terkejut dengan reaksi warganet yang berujung pada hujatan dan pemutusan kerja sama dari pihak klub. “Jujur gue shock dan sedih banget karena kalian hujat gue sampai detik ini yang di mana gue gak tahu tentang masalah ini sebelumnya,” tuturnya dengan nada penuh penyesalan.
Kejadian ini juga mencerminkan realitas dari budaya “cancel culture” yang semakin marak. Ketika seseorang melakukan sebuah kesalahan, dampaknya bisa langsung terasa di dunia profesional. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang batasan kebebasan berekspresi dan tanggung jawab sosial dalam berkarya. Nathalie ingin agar masyarakat memahami posisinya dan berharap dapat melanjutkan hidup dengan aman dan damai, fokus pada pekerjaan yang menjadi sumber penghidupannya dan anaknya.
Dengan semakin banyaknya klub hiburan malam yang memutuskan kerja sama dengan Nathalie dan DJ Panda, dampak dari tindakan mereka terhadap karier keduanya sangat signifikan. Dalam era digital saat ini, sebuah kesalahan dapat berujung pada konsekuensi yang tidak terduga. Hal ini menjadi pengingat bagi para kreator konten untuk berpikir lebih matang sebelum melakukan tindakan yang berpotensi merugikan orang lain.
Masyarakat pun dihadapkan pada dilema moral dan etika, di mana mereka harus menilai tantangan antara kebebasan berkomentar dan dampak yang ditimbulkan dari tindakan tersebut terhadap individu. Walaupun Nathalie telah menyampaikan klarifikasinya, langkah yang diambil oleh berbagai klub menunjukkan bahwa dunia hiburan memiliki standar tinggi yang harus dipatuhi oleh para talenta. Sepertinya, situasi ini tidak hanya akan berdampak pada Nathalie, tetapi juga menjadi pelajaran berharga bagi banyak orang di industri kreatif.
