Dukung Nikita Mirzani, Sunan Kalijaga: Pengacara Reza Gladys Mirip Mafia

Kasus hukum yang melibatkan selebriti Nikita Mirzani dan asistennya, Mail Syahputra, semakin menarik perhatian publik. Advokat Sunan Kalijaga muncul sebagai salah satu pendukung utama Mirzani, dan telah melontarkan tantangan debat terbuka kepada kuasa hukum pihak lawan, Reza Gladys. Dalam sebuah unggahan di Instagram, Sunan dengan tegas mengundang Reza untuk berdebat di hadapan media, menegaskan bahwa situasi hukum kini telah melampaui batas yang seharusnya dalam proses peradilan.

Tantangan ini muncul sebagai bentuk ekspresi kekesalan Sunan terhadap pengacara Reza, Julianus Paulus Sembiring, yang dinilai semakin mendikte proses hukum Nikita Mirzani. Menurut Sunan, upaya Julianus untuk mempercepat proses penyidikan menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap kinerja profesional aparat kepolisian yang terlibat. Sunan menyatakan bahwa polisi sudah bekerja dengan teliti dan profesional, sehingga tidak seharusnya ada tekanan dari pihak pengacara atau pelapor.

Dalam pernyataannya, Sunan mencolokkan sikap Julianus yang terlalu mendesak penyidik, seolah-olah mengabaikan tahapan hukum yang benar. “Saya udah bilang dari awal, untuk pengacara pelapor jangan mendikte proses penyidikan,” ujar Sunan dalam sebuah wawancara, menggarisbawahi pentingnya kepercayaan pada mekanisme hukum yang ada. Dia juga mengingatkan bahwa tuduhan pemerasan terhadap Nikita Mirzani dan Mail Syahputra harus dikaji secara menyeluruh, tanpa adanya intervensi yang dapat merusak integritas proses hukum.

Sunan Kalijaga juga menilai bahwa sikap kuasa hukum Reza terlihat ketakutan saat menjalani sidang lanjutan. Hal ini terlihat nyata ketika Reza datang ke sidang dengan pengawalan bodyguard yang cukup banyak, suatu tindakan yang diinterpretasikan Sunan sebagai tanda kurangnya kepercayaan diri dalam menghadapi argumen hukum. “Gue barusan lihat TV di sidang Nikita Mirzani, ternyata lu bang yang dikawal banyak bodyguard. Parno amat lo,” tulis Sunan dalam unggahan berikutnya.

Alih-alih mengajak baku hantam, Sunan menegaskan bahwa tantangan debat tersebut merupakan kesempatan untuk menunjukkan profesionalisme masing-masing pihak dalam konteks hukum. “Gue nantang lu profesional debat, bukan mau ngajak baku hantam. Lo pengacara atau mafia sih gue nanya nih?” tutupnya. Pernyataan ini mencerminkan situasi yang semakin intens di panggung hukum, di mana emosi dan argumen saling beradu.

Kasus Nikita Mirzani menjadi cermin dari dinamika dunia hukum di Indonesia, di mana perdebatan antara kuasa hukum dapat berimplikasi besar terhadap opini publik. Dalam konteks ini, dukungan Sunan Kalijaga bagi kliennya menunjukkan bagaimana advokat dapat berperan sebagai suara perlawanan terhadap apa yang mereka anggap sebagai ketidakadilan.

Sidang lanjutan yang dijadwalkan pada tanggal 25 Juli 2025 akan menjadi titik tolak untuk melihat bagaimana argumen dari kedua belah pihak akan berinteraksi. Apakah tantangan debat ini akan membuahkan hasil yang diharapkan? Kita tunggu perkembangan selanjutnya dalam kasus ini, yang sepertinya masih akan berlangsung lama dan menarik perhatian publik.

Dengan perjalanan kasus yang kompleks dan melibatkan banyak faktor, dukungan dari publik dan pendapat ahli hukum seperti Sunan Kalijaga menjadi semakin penting dalam membentuk narasi di balik fakta hukum. Ini memberikan gambaran yang lebih dalam tentang cara dinamika hukum dan media berinteraksi di era modern ini.

Berita Terkait

Back to top button