Penyanyi sekaligus penulis lagu Monita Tahalea tampil memukau dalam BRI Jazz Gunung Series 2 yang berlangsung pada 25 Juli 2025 di Amfiteater Jiwa Jawa Resort, Probolinggo, Jawa Timur. Dalam acara tersebut, Monita membawakan 13 lagu, terdiri dari sembilan lagu dari album terbarunya, Merona, serta empat lagu legendaris lainnya. Suasana pertunjukan ini semakin unik karena berlangsung dalam suhu dingin sekitar 15 derajat Celsius dan kabut yang menyelimuti kawasan kaki Gunung Bromo.
Berkendara dari album Merona, Monita menunjukkan sisi eksploratif musiknya. Ia menggabungkan unsur jazz dengan elemen Japanese City Pop dalam lagu-lagu seperti Matcha With The Sun dan 道端の花/Bunga di Tepi Jalan. Dalam wawancara usai penampilannya, Monita mengungkapkan tantangan yang dihadapinya dalam kondisi cuaca yang ekstrem. "Dengan cuaca yang dingin ini otomatis tenggorokan kita itu kering. Sebenarnya, kabut yang paling bikin kering," ujarnya.
Tantangan Suara di Tengah Suhu Dingin
Kondisi berkabut dan dingin memberikan tantangan tersendiri bagi sang penyanyi. Monita mengaku harus melakukan persiapan ekstra untuk menjaga kondisi pita suaranya. "Sebelum manggung, warm up-nya harus lebih lama karena harus tetap hangat dan harus banyak minum air putih," jelasnya. Ia menekankan pentingnya menjaga kelembapan tenggorokannya demi performa yang optimal. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya Monita dalam mempersiapkan diri untuk memberikan penampilan terbaik kepada para penggemarnya.
Album Merona yang Mewakili Eksplorasi Musik
Album Merona menandai langkah baru dalam karir Monita yang telah berkecimpung dalam dunia musik sejak bertahun-tahun lalu. Dengan dalamnya sembilan lagu, album ini memperlihatkan perjalanan musikal Monita yang tidak hanya berkutat pada jazz tetapi juga merambah ke genre lain yang memberikan warna baru dalam karya-karyanya. "Album ini lebih eksploratif, dan saya senang bisa menggali musik yang berbeda," jelas Monita.
Bagi Monita, Japanese City Pop adalah salah satu genre yang menginspirasi. Ia menyebutkan produser Shinichi Osawa, atau yang dikenal sebagai Mondo Grosso, sebagai salah satu musisi favoritnya. "Saya terakhir mendengar namanya Mondo Grosso, dari film series Jepang tahun 90-an," ungkap Monita. Ini menunjukkan kedalaman pengaruh budaya pop Asia terhadap karyanya.
Keindahan Alam dan Musik Menyatu
BRI Jazz Gunung Series 2025, yang digelar dalam tiga edisi, tidak hanya menawarkan pertunjukan musik, tetapi juga menciptakan pengalaman unik dengan latar belakang alam pegunungan yang sejuk. Penonton dapat menikmati irama jazz sambil dikelilingi oleh keindahan alam Bromo yang asri. "Ini adalah kombinasi yang sangat menarik, musik yang enak didengar dengan pemandangan yang menakjubkan," kata seorang pengunjung yang hadir.
Dari dua edisi yang telah berlangsung, perhatian terhadap kualitas pertunjukan dan pengalaman penonton tampaknya menjadi prioritas utama. Rangkaian acara ini adalah bentuk dedikasi untuk mengangkat musik jazz di Indonesia, sambil tetap menjaga harmoni dengan lingkungan.
Melihat antusiasme penonton dan kualitas penampilan Monita serta musisi lain, BRI Jazz Gunung Series 2 berhasil menciptakan momen yang tak terlupakan. Dengan adanya elemen musisi yang terus berevolusi, seperti Monita yang mengeksplorasi genre baru, harapan akan keberlanjutan acara ini sepertinya akan terus berlanjut, membawa lebih banyak talenta dan pengalaman menarik ke panggung Bromo di masa mendatang.
