Dahlia Poland dan Fandy Christian telah memutuskan untuk pisah rumah selama dua bulan terakhir, sebelum resmi mengajukan gugatan cerai di Pengadilan Agama Badung, Bali. Dalam sebuah wawancara, Dahlia Poland menjelaskan bahwa keputusan ini diambil demi kebaikan mental ketiga anak mereka. Dengan kondisi rumah yang tidak harmonis, mereka merasa penting untuk tidak memperlihatkan percekcokan di depan anak-anak.
Dahlia, yang berusia 28 tahun, menegaskan bahwa interaksi mereka sebagai pasangan telah menjadi sangat terbatas. "Terakhir ketemu akhir Mei, beberapa kali ketemu cuma dalam waktu yang singkat saja," ungkap Dahlia dalam sebuah video yang diunggah oleh Mantra News. Sekalipun ada pembicaraan mengenai perceraian, mereka berupaya menjaga hubungan baik demi anak-anak.
Menuju ke inti alasan perpisahan ini, Dahlia menyatakan bahwa ia tidak ingin anak-anaknya tumbuh dalam lingkungan yang dipenuhi ketegangan. "Aku merasa ini keputusan terbaik karena aku sama Fandy tuh enggak dalam kondisi yang baik saja kalau di rumah, dan itu menurut aku akan mempengaruhi mental mereka jauh lebih panjang," jelasnya. Menurutnya, penting untuk menunjukkan bahwa konflik dalam rumah tangga bukanlah hal yang normal.
Strategi Menjaga Hubungan Baik dengan Anak
Dahlia dan Fandy berusaha untuk tetap menjaga ikatan dengan anak-anak mereka meskipun harus pisah rumah. Mereka melakukan video call ketika tidak bersama, sehingga anak-anak dapat tetap berinteraksi dengan kedua orang tua tanpa merasa terasing. "Kalau anak-anak sama aku, Fandy video call, dan sebaliknya. Masih aman banget sih enggak ada problem sama sekali," tambahnya.
Dahlia juga menekankan pentingnya membangun komunikasi yang baik antara anak-anak dan kedua orang tuanya, meskipun situasi keluarga mengalami perubahan. Keduanya sepakat untuk menghindari memori buruk yang sering kali melekat setelah sebuah perceraian.
Dampak Psikologis Terhadap Anak
Keputusan untuk pisah rumah demi menjaga mental anak merupakan langkah yang tidak umum, namun sejalan dengan pemikiran bahwa kesehatan mental anak harus diutamakan. Perubahan lingkungan dan suasana hati yang sering terekspresikan pada orang tua dapat sangat berpengaruh pada perkembangan psikologis anak. Dalam hal ini, pendekatan yang diambil oleh Dahlia dan Fandy bisa diartikan sebagai upaya preventif untuk mencegah trauma pada anak.
Keluarga yang harmonis memang sulit dipertahankan di tengah konflik, dan memahami bahwa kadang-kadang pisah rumah adalah solusi terbaik bukanlah hal yang mudah diterima. Namun, keputusan Dahlia dan Fandy menunjukkan bahwa mereka tak ingin konflik pribadi mereka merusak masa depan anak-anak.
Kesimpulan
Walaupun keputusan pisah rumah sering kali dihadapkan pada stigma negatif, langkah yang diambil oleh Dahlia Poland dan Fandy Christian menyoroti pentingnya menjaga kesejahteraan mental anak dalam situasi yang sulit. Baik Dahlia maupun Fandy telah menunjukkan komitmen untuk tetap berfungsi sebagai orang tua yang baik, meskipun sebagai pasangan mereka telah memilih jalan berbeda.
Keberanian mereka untuk berbagi situasi ini di publik mungkin menjadi inspirasi bagi orang tua lain yang menghadapi dilema serupa. Komunikasi yang baik dan perhatian terhadap kebutuhan emosional anak tetap menjadi kunci utama, apapun bentuk hubungan antara orang tua setelah pemisahan.